Laskar Bali Mohon Maaf pada Umat Muslim Soal Ustaz Somad

Sekretaris Jenderal Laskar Bali, I Ketut Ismaya (memegang tongkat)
Sumber :
  • Bobby Andalan/ Bali

VIVA – Sekretaris Jenderal Laskar Bali, I Ketut Ismaya, meminta maaf kepada umat Muslim seluruh Indonesia atas insiden pengadangan Ustaz Abdul Somad saat akan menggelar safari dakwah di Bali untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Sudah Bertaubat Apakah Dosa Masa Lalu Tetap Dihisab? Ini Penjelasan UAS

Ismaya bahkan bersumpah melalui ritual Hindu dengan pejati atau kesungguhan hati terhadap Hyang Widhi. Karena itu, ia mengaku tulus menyampaikan permohonan maaf itu. Ditegaskan Ismaya, bila bermohonan maaf itu hanya sekadar kepura-puraan, dia siap diazab oleh Tuhan Yang Maha Esa.

“Kami minta maaf kapada seluruh umat Muslim di Indonesia. Semoga apa yang saya sampaikan ini dapat diterima. Saya tidak sedang pencitraan. Kalau saya berpura-pura, saya siap diazab oleh Tuhan,” kata Ismaya kepada VIVA, Selasa 12 Desember 2017.

Ketua IPHI Ajak UAS Doakan dan Bantu Palestina

Permintaan maaf Ismaya juga disampaikan kepada seluruh tokoh agama umat Muslim. Dia berharap tidak ada perselisihan dari peristiwa yang terjadi di Bali beberapa waktu lalu. Dia juga meminta kepada umat Hindu.

“Kepada para ulama, ustaz, kiai, sesepuh dan guru yang ada di seluruh Indonesia mohon dibukakan pintu hatinya, terimalah kami lagi, jangan caci lagi, karena ini kekhilafan. Kami juga minta maaf kepada umat Hindu. Gara-gara kami semua ini terjadi. Ini jadi pembelajaran bagi kami,” ujar Ismaya.

Misteri Kematian Stevie Agnecya: Disantet? Ustaz Abdul Somad Ungkap Fakta Mencengangkan!

Ismaya juga memohon maaf kepada Ustaz Abdul Somad atas perlakuannya selama di Bali. Ia lalu meminta maaf kepada warga Riau yang tersinggung atas sikapnya tersebut.

“Saya minta kebijaksanaan, hati yang luar biasa dari Ustaz Somad untuk memaafkan kami apabila sambutan yang berikan tidak berkenan. Bukakanlah pintu hati buat kami Pak Ustaz. Jadikanlah ini pahala untuk Pak Ustaz untuk mencapai kesempurnaan. Semoga ridho Allah selalu menyertai Pak Ustaz,” kata Ismaya.

Ia menegaskan Laskar Bali sendiri terjebak dalam situasi tersebut. Pria berbadan tegap itu menceritakan awal mula peristiwa persekusi itu bisa terjadi.  

Pada tanggal 7 Desember pukul 19.00 WITA beberapa perwakilan ormas yang tergabung dalam Komponen Rakyat Bali (KRB) datang ke rumahnya. Mereka meminta ketegasan sikap Laskar Bali atas kehadiran Ustaz Somad di Bali. Ismaya menuturkan jika saat itu ia belum bisa memberikan sikap, karena tak tahu betul sepak terjang ustaz lulusan Mesir dan Maroko tersebut.

Beberapa dari perwakilan ormas itu kemudian menyodorkan beberapa gambar kepadanya kaitan Ustaz Somad dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah dibubarkan oleh pemerintah.

Dari situ, Ismaya memutuskan agar Laskar Bali turun ke jalan menyikapi kehadiran Ustaz Somad di Bali. Mereka menggelar aksi unjuk rasa di Monumen Bajra Sandhi Renon, Denpasar. Pada kesempatan itu, Ismaya meminta agar Ustaz Somad dihadirkan di Renon untuk melakukan prosesi ikrar kebangsaan.

“Kami tidak tergabung dalam KRB. Yang kami tahu Ustaz Somad akan dibawa ke rumah Ngurah Harta untuk melakukan ikrar kebangsaan. Kami meminta agar dilakukan di Renon saja. Di rumah Ngurah Harga jalannya sempit. Kalau terjadi sesuatu bagaimana cara mengevakuasi Ustaz Somad. Keselamatan beliau juga kami pikirkan,” katanya.

Pada pukul 11.00 WITA tanggal 8 Desember 2017, Ismaya dihubungi oleh perwakilan dari Polda Bali. Dalam percakapan itu ditegaskan jika Ustaz Somad bukanlah seperti yang dituduhkan yakni anti-kebhinekaan dan anti-NKRI. Mengetahui demikian, Ismaya menarik pasukannya untuk membubarkan diri.

Pada pukul 02.00 WITA di hari yang sama, Ismaya mengaku kembali dihubungi oleh perwakilan dari ormas yang tergabung dalam KRB dan menyampaikan jika Ustaz Somad sudah tiba di Bali dan menginap di Hotel Aston Denpasar.

Ormas KRB sendiri saat itu telah menggelar aksi unjuk rasa di depan Hotel Aston Denpasar. Tak lama kemudian, perwakilan dari Polda Bali juga menghubunginya dan menanyakan apakah akan datang ke Aston Denpasar untuk ikut bergabung dengan demonstran.

“Kepada perwakilan dari ormas itu saya sampaikan bahwa beliau (Ustaz Somad) NKRI. Kepada perwakilan Polda yang menanyakan apakah kami akan datang ke Aston, saya katakan tegas tidak ke sana. Ustaz Somad NKRI, untuk apalagi saya datang ke sana,” katanya.

Sore hari sekitar pukul 17.00 WITA ia dihubungi kembali oleh perwakilan dari ormas yang berdemonstrasi di depan Hotel Aston. Ismaya mendapat laporan Ustaz Somad menolak mencium bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

“Saya langsung berpikir, kalau begitu berarti Ustaz Somad tidak NKRI. Saya putuskan datang ke Aston untuk mengonfirmasi langsung ke Ustaz Somad,” katanya.

Sesampainya di Hotel Aston, Ismaya mengakui langsung merangsek masuk ke dalam hotel meski ada penjagaan ketat kepolisian. Ia lantas ikut duduk di dalam ruang pertemuan, di mana telah ada Kapolresta Denpasar dan Komandan Kodim Badung, perwakilan PWNU dan organisasi yang tergabung dalam KRB serta panitia penyelenggara. Ustaz Somad lalu dihadirkan.

“Saya sampaikan waktu itu mohon maaf kepada Ustaz Somad. Kami tidak tahu kalau ustaz NKRI. Kami siap mendukung dan menjaga Pak Ustaz. Lalu saya ditanya, apakah Pak Ustaz bisa terus ceramah? Saya bilang lanjut khotbahnya. Saya yang akan di depan kalau ada yang berani menyentuh Pak Ustaz. Kalau ada yang berani mengacaukan saya yang bertanggung jawab,” katanya.

Dalam pertemuan itu, Kapolresta Denpasar juga hadir dan menjelaskan Ustaz Somad bukanlah ulama seperti yang dituduhkan. Tapi situasi belum sepenuhnya bisa dikendalikan.

“Pak Ustaz bilang katanya tangannya diremas dengan keras. Saya tahu betul yang remas tangan ustaz itu dari umat muslim. Saya tahu sendiri itu organisasi muslim. Saya marahi dia, karena kami sudah komitmen sudah menjaga Pak Ustaz,” tambah Ismaya.

Ismaya menegaskan dan mengklarifikasi bahwa dia tidak membawa senjata. Saat itu, dia hanya membawa tongkat komando. Dia menyampaikan, kehadirnya untuk memastikan situasi tentram bagi umat beragama.
 
“Saya juga klarifikasi saya tidak ada bawa senjata. Itu tongkat komando saya. Saya katakan yang sebenarnya agar bisa menciptakan suasana tentram bagi umat beragama, khususnya Muslim dan Hindu di Bali dan Riau. Kepada warga Riau kami juga menyampaikan permohonan maaf atas kekhilafan kami. Mari kita rekatkan lagi persaudaraan kita. Kalau datang ke Bali hubungi saya, saya yang jamin dan jamu dengan baik. Itu janji saya,” kata Ismaya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya