Mengenal Letusan Freatik dan Magmatik Gunung Api

Meletus, Status Gunung Agung Masih Siaga
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA –  Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, disingkat PVMBG, I Gede Suantika menjelaskan, ada dua macam letusan gunung api, yaitu letusan freatik dan magmatik.

Gunung Agung Kembali Kebakaran, Pura dan Prasasti Hangus Dilalap Api

Letusan yang dialami Gunung Agung, Bali, pada Selasa 21 November 2017 pukul 17.05 Wita, merupakan letusan freatik.  Letusan freatik adalah letusan yang dipicu oleh terbentuknya uap air secara mendadak. Uap air itu bisa berasal dari air tanah, bisa juga dari curah hujan. 

"Uap air itu hanya mungkin dibentuk oleh air tanah, baik air yang ada di bawah permukaan tanah maupun berasal dari curah hujan," kata Suantika kepada VIVA, di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu 22 November 2017.

Lereng Gunung Agung Kebakaran

Uap air yang terbentuk itu, kemudian bertemu dengan magma yang cukup panas. "Dia menyentuh magma panas yang cukup tinggi, sehingga begitu kena air langsung menguap. Itu menimbulkan ledakan. Iya, wus gitu. Kalau di puncak, kita dengar bunyi gemuruh," katanya.

Sementara itu, letusan magmatik yakni berasal dari tekanan gas yang berasal dari magma. "Letusan itu kan tekanan yang teririskan. Tekanan itu berasal dari gas kan. Gas yang berasal dari magma," ujarnya.

Gunung Agung Sempat Erupsi, Lontaran Material Pijar hingga 700 Meter

Adapun material yang dimuntahkan oleh kedua letusan itu terdapat sedikit perbedaan. "Kalau material yang dimuntahkan kedua letusan itu tergantung material yang berada di pusat letusan itu seperti abu, batu, pasir, kerikil," ujarnya. 

Dia menambahkan, "Hanya yang membedakan, yang dimuntahkan oleh letusan freatik materialnya diambil dari sekitarnya yang terbentuk sudah lama itu. Sementara, material dari letusan magmatik materialnya sendiri dimuntahkan."

Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengemukakan, letusan freatik sulit diprediksi, bisa terjadi tiba-tiba dan seringkali tidak ada tanda-tanda adanya peningkatan kegempaan. 

Beberapa kali gunung api di Indonesia meletus freatik saat status gunung api tersebut waspada (level 2), seperti letusan Gunung Dempo, Gunung Dieng, Gunung Marapi, Gunung Gamalama dan lainnya. "Tinggi letusan freaktik juga bervariasi, bahkan bisa mencapai 3.000 meter tergantung dari kekuatan uap airnya," ujarnya, Selasa 21 November 2017.

Menurutnya, letusan freatik tidak terlalu membahayakan dibandingkan letusan magmatik. Letusan freatik dapat berdiri sendiri tanpa erupsi magmatik. "Letusan magmatik adalah letusan yang disebabkan oleh magma dalam gunung api. Letusan magmatik ada tanda-tandanya, terukur dan bisa dipelajari ketika akan meletus," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya