Gunung Agung Awas, Ekonomi Karangasem Lumpuh Total

Gunung Agung Keluarkan Asap Kawah
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

VIVA.co.id – Bupati Karangasem, IGA Mas Sumantri bercerita tentang ekonomi wilayah yang dipimpinnya. Karena kondisi Gunung Agung yang masih aktif, wilayah yang dipimpinnya lumpuh total. Ini karena dampak dari status awas Gunung Agung. Saat ini, kata dia, PAD (Pendapatan Asli Daerah) kabupaten di ujung timur Pulau Bali itu sudah lumpuh.

Gunung Agung Kembali Kebakaran, Pura dan Prasasti Hangus Dilalap Api

"Selama ini Karangasem mengandalkan PAD dari galian C dan juga pariwisata. Sekarang semua terhenti sejak Gunung Agung berstatus awas. Mau tidak mau kita harus bekerja ekstra dari pandangan kita yang kosong karena tidak ada PAD sedikit pun," kata Mas Sumantri kepada VIVA.co.id di Posko Utama Siaga Darurat di Pelabuhan Tanah Ampo, Kabupaten Karangasem, Bali, Senin, 16 Oktober 2017.

Meski telah diyakinkan sedemikian rupa jika hanya beberapa daerah saja yang terdampak seandainya Gunung Agung meletus, namun Mas Sumantri menyebut wisatawan tetap ketakutan berkunjung ke Karangasem. "Sudah jelas tamu, walau kita kecilkan persoalan Gunung Agung ini, tapi tetap berdampak pada ekonomi kita," urai dia.

Lereng Gunung Agung Kebakaran

IGA Mas Sumantri

                                                                         IGA Mas Sumantri

Gunung Agung Sempat Erupsi, Lontaran Material Pijar hingga 700 Meter

Dengan habisnya PAD Karangasem, Mas Sumantri berharap kepada semua pihak baik kabupaten/kota se-Bali, pemerintah provinsi maupun pusat untuk bersama-sama menyelamatkan perekonomian Karangasem.

"Dengan tidak ada PAD sedikitpun, tentu kita memohon kepada semua pihak, baik kabupaten/kota, provinsi maupun pusat untuk bersama-sama bagaimana menyelamatkan Karangasem ke depan," harap dia.

Status awas Gunung Agung sendiri sudah berjalan selama hampir satu bulan. Kondisi itu tentu sangat menyulitkan bagi warga Karangasem yang terpaksa mengungsi. Mereka praktis hilang pendapatan. Situasi tersebut bisa saja menimbulkan kejenuhan di benak mereka.

"Tentu kejenuhan itu akan menimbulkan banyak hal. Pertama mereka akan punya keberanian lebih, mereka akan kembali pulang. Kita tidak bisa menyalahkan mereka. Mereka khawatir, punya tanggung jawab terhadap kehidupan keluarga, punya utang di bank, koperasi dan tetangga, tentu mereka pikirkan. Apalagi misalnya sampai mereka dicari penagih utang. Tentu menjadi beban," katanya.

"Lost income tentu besar. Dari 500 ribu penduduk Karangasem, 130 ribu jiwa dari 28 desa mengungsi. Mereka tidak bekerja. Tidak ada pendapatan. Harapan kita sudah hampa, tinggal menunggu belas kasih saja. Tentu ini menjadi tanggung jawab, bukan hanya kami saja yang pikul, tapi sampai semua pihak hingga ke pemerintah pusat," kata dia. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya