Jika Ngurah Rai Ditutup, Lima Bandara Jadi Alternatif

Ilustrasi Bandara Ngurah Rai Bali.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA.co.id – Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan di Indonesia, AirNav Indonesia, menyatakan siap untuk melakukan langkah-langkah mitigasi penerbangan pesawat di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali. Hal ini dilakukan jika terjadi semburan abu vulkanik atau Volcanic Ash (VA) dari Gunung Agung.

Angkasa Pura I Layani 5,5 Juta Penumpang di Januari 2024

Direktur Utama AirNav Indonesia Novi Ryanto mengatakan, pihaknya sudah siap melakukan mitigasi penerbangan dalam kondisi apapun. Apalagi jika terjadi letusan Gunung Agung.

"Untuk tadi disampaikan pak Dirjen bahwa apabila terjadi vulkanik ash menyebar di ruang udara, maka AirNav akan melakukan langkah-langkah mitigasi terhadap sebaran sebaran itu, karena ini sangat berbahaya untuk pesawat udara," kata Novi saat jumpa pers di Ruang Rapat Kantor Otoritas Bandar Udara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu 23 September 2017.

Media Asing Soroti Macet Parah di Bali, Jalanan Sempit Hingga Parkir Buruk

Ia menjelaskan, langkah pertama yang akan dilakukan yakni dengan melakukan mitigasi rute penerbangan pesawat. Hal ini dilakukan apabila ada abu vulkanik di ruang udara yang dilewati oleh pesawat dari Bandara Ngurah Rai atau sebaliknya.

Apabila abu vulkanik menutupi Bandara Ngurah Rai, maka akan dilakukan penutupan. Sehingga pesawat yang rute tujuannya ke Bali akan dialihkan ke Bandara terdekat yang mendukung untuk jenis pesawat yang akan mendarat.

Kapolri Ungkap Langkah Atasi Macet Horor agar Tak Terulang di Bali

Pesawat terbang akan dialihkan ke Bandara terdekat yang telah dipersiapkan oleh otoritas penerbangan bersama Kementerian Penerbangan. Yaitu Badara Juanda di Surabaya, Bandara Lombok di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, Jawa Timur. Selain itu, ada Bandara Adi Sumarmo di Solo, Jawa Tengah.

"Jadi Pesawat akan dihindarkan tidak melewati area di mana ada vulkanik ash (abu vulkanik) yang sangat berbahaya untuk penerbangan, yang pertama itu (langkahnya)," ujarnya.

Novi menambahkan, apabila tidak terjadi semburan abu vulkanik dari Gunung Agung, maka penerbangan tetap beroperasi seperti biasa.

"Intinya semua terkendali semuanya bisa dimanaj, termasuk bagaimana mengatasi penumpang yang menumpuk di satu Bandara, bagaimana mengatasi pesawat-pesawat udara yang menumpuk di ruang udara, semua ada solusinya," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya