BNPB Siapkan Rencana Operasi jika Gunung Agung Erupsi

Warga Mengungsi Akibat Gunung Agung Siaga
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA.co.id – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei meninjau langsung Pos Pantau Gunung Agung yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali. Ia menegaskan jika institusinya akan terus memberikan pendampingan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam mengambil langkah-langkah antisipasi menghadapi kemungkinan erupsi Gunung Agung.

Gunung Agung Kembali Kebakaran, Pura dan Prasasti Hangus Dilalap Api

"Potensi nasional akan dikoordinasi oleh BNPB untuk membantu pemerintah daerah. Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB terus mendampingi BPBD dalam menyusun rencana kontingensi menghadapi erupsi Gunung Agung. Jika suatu saat benar-benar meletus maka rencana kontingensi tersebut dijadikan rencana operasi," kata Willem, Rabu 20 September 2017.

Ia menuturkan, tujuannya meninjau langsung untuk melihat dari dekat situasi di lapangan terkait apakah sistem peringatan dini atau early warning system bekerja sesuai prosedur operasi standar atau standard operating procedure (SOP). Selain itu, ia ingin mengetahui detail langkah yang akan diambil jika terjadi letusan Gunung Agung, utamanya berkaitan dengan jalur dan lokasi evakuasi warga.

Lereng Gunung Agung Kebakaran

"Kemudian memperkuat komunikasi antar-instansi, sehingga masyarakat dapat informasi dengan cepat. Letak Pos Pengamatan Gunung Agung sekitar 15 kilometer dari kawah sehingga aman, karena berada di luar kawasan rawan bencana. Namun demikian jika sewaktu-waktu ada ancaman harus disiapkan skenario ke mana," tuturnya.

Berkaca dari pengalaman erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 2010, pos pengamatan Gunung Merapi terpaksa harus dikosongkan karena berbahaya. Namun pos pemantauan lantas dipindahkan, sehingga pengamatan tetap berjalan.

Gunung Agung Sempat Erupsi, Lontaran Material Pijar hingga 700 Meter

Pada kesempatan itu, Willem juga mendapat penjelasan mengenai aktivitas terakhir Gunung Agung. Berdasarkan laporan Pos Pantau Gunung Agung, pada Selasa 19 September 2017, terjadi 427 gempa.

Sementara itu, hari ini mulai pukul 00.00 Wita hingga 06.00 Wita terjadi 94 gempa. Walaupun kegempaan tidak setajam dua hari lalu, sempat terjadi sebanyak 480 detik tremor. Dengan gempa dangkal dua kilometer dan kedalaman magma lima kilometer, sehingga masyarakat harus tetap waspada.

Erupsi Gunung Agung pada 1963 terjadi dalam lima fase yaitu, fase gejala (gempa terasa) tempat di bawah Gunung Agung, fase pembuka, letusan pembuka kemudian membentuk lava lake (danau lava), erupsi pertama 14 kilometer ke utara, erupsi kedua 10 kilometer ke arah selatan, dan letusan susulan yang cenderung lama.

"Hingga saat ini pemerintah dan pemda terus melakukan upaya mengantisipasi kemungkinan Gunung Agung meletus. Berdasarkan peta kawasan rawan bencana III atau daerah yang paling berbahaya, tidak ada permukiman. Namun demikian BPBD masih melakukan pendataan di lapangan. Masyarakat diimbau tetap tenang," demikian Willem.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya