Gempa Sumatera Barat

Yogyakarta Butuh Tambahan Anggaran Gempa

VIVAnews -- Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu yang termasuk rawan gempa. Karena itu, yang saat ini diperlukan adalah anggaran untuk perawatan menara Early Warning System (EWS) yang masih minim.

Padahal menurut standarisasi tehnologi EWS peringatan dini tsunami itu, setara dengan yang di Aceh. "Setiap tahun Bantul hanya menerima Rp 12 juta untuk 8 menara EWS yang tersebar di sepanjang pantai selatan Bantul," kata Agus Jaka Suryana, Kepala Tim Pemadam Kebakaran, Kesatuan, Kebangsaan, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Pemkab Bantul.

Agus menilai kurangnya anggaran itu dikarenakan banyaknya berbagai peralatan elektronik yang rawan kerusakan. Ini belum lagi jika terjadi kerusakkan, sebab beberapa suku cadang masih sulit dicari serta harus memesan dahulu.

"Padahal secara khusus, tehnologi yang diterapkan di 8 EWS Bantul ini hampir sama dengan yang ada di Aceh. Namun kelebihan dari EWS ini adalah sebagian besar peralatan menggunakan suku cadang lokal," ujarnya.

Untuk meminimalisir kerusakkan atau tidak berfungsinya peralatan, sebulan sekali dilakukan pengecekkan alat dan uji coba suara. "Idealnya untuk perawatan 8 menara dan 21 masjid, anggaran yang dibutuhkan minimal Rp 25-50 juta pertahun," tuturnya.

Mereka berharap, permintaan kenaikan anggaran menjadi Rp 25 juta tahun depan bisa direalisasikan, mengingat pentingnya keberadaan peralatan itu sewaktu gempa. Selain itu, diharapkan tahun depan nanti sistem baru suara peringatan yang baru serta sangat berbeda dengan suara sirine sekarang sudah dipahami masyarakat.

Laporan: KDW | Yogyakarta

Pesan Mengharukan Shin Tae-yong untuk Korea Selatan
Ilustrasi perempuan Jepang

Krisis Populasi Jepang: Setengah Perempuan Muda Hilang di 40 persen Wilayah pada 2050

Lebih dari 40 persen kota di Jepang kemungkinan akan mengalami penurunan jumlah penduduk perempuan muda hingga lebih dari setengahnya dalam 30 tahun hingga tahun 2050.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024