Jemaah Haji Indonesia Harus Pasrah

Suasana di sekitar Kabah di Kota Mekah, Arab Saudi jelang puncak haji.
Sumber :
  • H Eko Priliawito - VIVA.co.id

VIVA.co.id – Anggota Amirul Hajj, KH Musthofa Aqil, meminta kepada jemaah haji Indonesia selalu pasrah atau lillah saat menjalankan ibadah haji.

77 Jemaah Haji Indonesia Masih di Arab Saudi Jalani Perawatan di Rumah Sakit

Salah satu Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu mengatakan, haji adalah ibadah yang luar biasa. Karena sejak awal sampai akhir pelaksanaanya terdapat kepasarahan.

"Lillah artinya pasrah (hanya karena Allah)," katanya saat bertemu dengan seluruh petugas haji dari Kelompok Bimbingan Ibadah (KBIH) dan Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) Rabu malam, 23 Agustus 2017.

Kuota Jemaah Haji 2024 Diumumkan Sebanyak 221 Ribu, DPR RI Segera Bahas Perbaikan Penyelenggaraan

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu mengharapkan agar seluruh konsultan ibadah yang menjadi mitra utama Kementerian Agama dalam memberikan pelayanan ibadah kepada jemaah, harus menekan nilai pasrah ini.

Menurutnya, pasrah dalam haji tidak sama dengan saat kita salat. Pasrah dalam berhaji sudah harus ada sejak kita meninggalkan keluarga dalam waktu lama. Kepasrahan lain menurutnya, karena tidak ada perbuatan dalam haji yang masuk akal.

1 Jemaah Haji asal Palembang Hilang, Menteri Yaqut: Kami Terus Cari

"Jutaan manusia melempar jumrah, pasrah tidak boleh bertanya kenapa harus melempar batu," katanya.

Lillah ketiga adalah perintah haji merupakan perintah napak tilas perjalanan Nabi Ibrahim. Hanya Nabi Ibrahim yang mampu menyelesaikan ujian berat dengan sempurna, yakni menyembelih putranya.

Menurutnya, dalam haji ada sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang. Tetes dan air mata yang keluar saat berdoa di Kakbah karena memohon ampunan akan selalu jadi saksi keimanan kita saat nanti di yaumul akhir. "Tidak bisa dibeli air mata itu dengan uang," ujarnya.

Musthofa mengajak jemaah selalu memohon ampunan dari Allah saat wukuf di Arafah. Karena dalam setiap ampunan Allah akan selalu ada rahmat. Tuhan akan menurukan rahmat sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang.

"Masuk surga melalui rahmat, dan rahmat didapat melalui ampunan," katanya.

Kyai Cirebon yang akrab disapa Kang Muh mengajak jemaah haji Indonesia untuk tidak melakukan perbuatan rafatsa, fusuq, dan jidal. Katanya, ada tiga cara untuk menghindari perbuatan itu.

“Jangan merasa paling benar, jangan merasa paling pintar, dan jangan merasa kaya,” katanya.

Kyai Musthofa Aqil berkisah bahwa Nabi Adam kembali diterima doanya, setelah merasa salah. Setelah itu, Nabi Adam kembali dipertemukan dengan Siti Hawa di Jabal Rahmah.
“Jadi jangan merasa paling benar,” tuturnya.

Kyai Musthofa juga berpesan agar jemaah tidak merasa paling pintar. Menurutnya, amal ibadah itu ada macam-macam, karenanya jemaah jangan merasa paling pintar.

“Ada yang makai ushalli, ada yang tidak. Ada yang pakai qunut, ada yang tidak. Semuanya punya kyai, punya mazhab, semuanya punya Kitab. Lebih baik kita diam, daripada ngomong dari mana itu (sementara kita tidak tahu)?”  katanya.

Menurutnya, pesan ini penting dibawa ke Indonesia. Meski ada perbedaan pendapat, tapi tetap rukun. Sementara pesan ketiga adalah jangan merasa kaya.

“Kata Allah, sayalah yang kaya, maka mintalah. Saat berdoa di dekat Kakbah minta harta tapi pakai gelang emas besar. Jangan pakai perhiasan. Maka akan lebih enak, mintanya,” ujarnya.

Mengakhiri taushiyahnya, Kyai Musthofa berpesan, agar jemaah banyak membaca Alquran ketika berada di Mekah, memperbanyak membaca salawat ketika di Madinah. Dan memperbanyak membaca istighfar ketika berada di padang Arafah. “Semoga menjadi haji yang mabrur,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya