Mengenal Binarundak, Tradisi Unik Lebaran di Sulawesi Utara

Binarundak, Tradisi Unik Lebaran di Sulut
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agustinus Hari

VIVA.co.id – Warga Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara, punya tradisi unik bernama Binarundak saat Idul Fitri. Tradisi unik ini biasanya dirayakan warga perantau saat memasuki hari ke-3 lebaran.

Detik-detik Aning Tega Mutilasi Ponakan Demi Curi Perhiasan Emas Korban

Dalam tradisi ini, para perantau asal Bolaang Mongondouw yang pulang kampung akan berkumpul dan menggelar tradisi Binarundak atau bakar nasi isi dalam bambu secara massal. Perayaan tradisi ini juga sebagai cara silaturahmi.

"Tradisi ini sengaja digelar sebagai ajang silaturahmi bagi para perantau yang mudik ke kampung halaman setelah sekian lama terpisah," kata Anshar Yusuf, salah seorang warga Kota Kotamobagu, Kamis 29 Juni 2017.

Profil Audrey Vanessa Susilo, Pemenang Miss Indonesia 2022

Ia menyebutkan, tradisi ini memeriahkan puncak perayaan Idul Fitri di kampung halaman. Biasanya dalam momen perayaan ini sedikitnya ada ratusan orang yang ikut serta.

“Mereka berkumpul bersama ratusan perantau lainnya lalu bakar nasi jaha massal,” ujarnya.

Audrey Vanessa Raih Gelar Miss Indonesia 2022, dari Sulawesi Utara

Untuk diketahui, nasi jaha adalah salah satu makanan khas Sulawesi Utara, berbahan dasar beras ketan dan santan. Makanan ini dimasak dengan cara dipanggang, setelah sebelumnya diisi ke dalam batang bambu berlapis daun pisang.

Dalam tradisi yang digelar dua hari setelah Idul Fitri ini, warga membakar nasi jaha di sepanjang jalan depan rumah mereka atau di lapangan terbuka. Kegiatan ini pun bisa menjadi ajang reuni bagi para perantau dengan sahabat lama, setelah sekian lama berpisah.

Selain Sulawesi, tradisi ini biasanya dibuat warga yang mudik dari Jawa, Sumatera, hingga Kalimantan.

“Tradisi Binarundak adalah tradisi yang sengaja dibuat warga yang pulang mudik dari rantau seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan ataupun dari beberapa daerah lainnya di Sulawesi dan Maluku. Selain jadi puncak perayaan Idul Fitri, tradisi ini juga merupakan ajang bermaaf-maafan sebelum pemudik kembali ke tanah perantauan,” kata Supardi Bado, warga Kotamobagu lainnya.

Di puncak acara, nasi jaha yang sudah matang kemudian dinikmati beramai-ramai. Saat menikmatinya, sajian makanan ini diiringi tabuhan musik rebana serta alunan syair-syair pujian serta doa syukur. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya