- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id – Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, menilai praktik persekusi di Indonesia menunjukkan peningkatan. Ini ditengarai oleh posisi pelakunya yang merasa memiliki kekuatan secara politik dan hukum.
"Secara politik tindakan ini dibiarkan secara politik oleh masyarakat. Partai politik melakukan pendiaman, eksekutif, legislatif juga melakukan hal yang sama," kata Ray, Minggu, 4 Juni 2017.
Ia melanjutkan kekuatan yang dirasa dimiliki pelaku persekusi juga disebabkan karena adanya pembiaran secara hukum. Maksudnya tindakan aparat penegak hukum yang minimalis. Sebab pada tingkat tertentu aparat justru mendiamkan tindakan tersebut.
"Pembiaran secara hukum berbahaya karena dianggap legal. Lebih parah lagi. Karena intensitas meningkat. Orang anggap persekusi tindakan biasa saja di republik ini, asal jangan main pukul-pukulan, dan jangan sampai keluar kata-kata yang indikasikan ada pelecehan," kata Ray.
Menurutnya, penyelesaian atas persoalan ini harus ada pernyataan politik bahwa persekusi melanggar hukum. Sebab persekusi ini sebenarnya menurunkan wibawa polisi.
"Kata menghina ulama, ini asumsi yang dibangun mereka (pelaku persekusi). Bagaimana hal itu (menghina ulama) dibuktikan, harus dibuktikan di pengadilan. Sebab penghinaan ini luas sekali. Lebih banyak unsur subjektif," kata Ray. (one)