Analisa Pembuktikan 'Chat' Rizieq-Firza Asli atau Palsu

Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Adi Suparman (Bandung)

VIVA.co.id – Kepolisian telah menetapkan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab sebagai tersangka dalam perkara percakapan mesum dengan Firza Husein. Sebelumnya polisi telah lebih dulu menetapkan Firza Husein sebagai tersangka.

Ditanya Kasus Dugaan Chat Mesum HRS Dibuka Lagi, Ini Jawaban Mahfud MD

Menanggapi status tersangka Rizieq Shihab, Kepala Pusat Studi Forensika Digital Universitas Islam Indonesia, Yudi Prayudi menegaskan, untuk membuktikan bahwa percakapan WhatsApp yang disangkakan itu mengandung konten pornografi atau tidak, penyidik memerlukan ponsel kedua orang tersebut untuk dianalisa. Menurutnya dalam kondisi normal, history chatt WhatApp masih dapat dianalisa berapa pun lama waktunya.

"Namun apabila kemudian terjadi sesuatu, misalnya pengguna chat WA itu ganti ponsel, meski nomor provider tetap sama, factory reset terhadap ponsel yang digunakan atau lainnya, maka proses mendapatkan artefak digital chat WA akan sedikit terkendala," kata Yudi, Senin 29 Mei 2017.

Kasus Chat Habib Rizieq Dibuka Lagi, FPI: Pengalihan Isu

Menurut dia, cara terbaik untuk membuktikan apakah chat itu benar atau hanya rekayasa, adalah dengan memeriksa ponsel kedua orang tersebut untuk diselidiki. "Kalau tidak melakukan seperti yang disangkakan, seharusnya keduanya secara terbuka memberikan kesempatan kepada penyidik agar ponselnya diperiksa dan dianalisa oleh ahlinya," katanya.

Yudi mengemukakan kalau pun kemudian ada kesengajaan untuk menghapus chat yang dimaksud beserta foto yang terkirim dengan gabungan teknik logical dan physical acquisition, nantinya dapat dianalisa untuk disimpulkan apakah chat itu benar-benar ada atau hanya rekayasa saja.

Menengok Lagi Hebohnya Kasus Chat Balada Cinta HRS-Firza Husein

"Tapi kalau ponsel itu disembunyikan maka akan sulit mencari kebenarannya. Alasan apa pun sebagai bantahan adanya chat WhatsApp tanpa menyerahkan ponsel mereka untuk dianalisa akan sulit diterima oleh masyarakat," ucapnya.

Ia menambahkan, selama ini, analisa, pendapat dan bahkan bantahan hanya didapat dari sumber di berbagai forum. Kebanyakan, jelasnya, analisa yang diajukan hanya berdasar pada analisa nonteknis, seperti gaya bahasa pada chat, modus penyebaran, pihak yang diduga menjadi dalang penyebaran, gaya hidup dalam menggunakan ponsel dan WhatsApp .

"Semua analisa ini akan mengarah pada kesimpulan adanya hoax. Namun sekali lagi untuk memastikan hoax atau bukan, tidak ada cara lain kecuali menyerahkan ponselnya untuk dianalisa. Bisa keduanya atau salah satu sebagai artefak digital utama," jelasnya.

Yudi mengungkap, secara umum WhatsApp akan menyimpan data pad SQLLite database. Terdapat dua file utama yang harus diperhatikan, yaitu wa.db dan msgstore.db, di mana file pertama berisi sejumlah informasi seperti contacts dan file kedua berisi message yang terkirim dan masuk dalam WhatsApp.

Kedua file tersebut, dapat tersimpan di internal phone storage atau pada SDCard tergantung pengaturan oleh penggunanya. "Umumnya file akan tersimpan di lokasi/storage/emulated/0/WhatsApp/" katanya.

Kata dia, ada beberapa tools freeware yang dapat digunakan untuk kepentingan analisa WhatssApp, antara lain Andriller, Whatssap-Viewer, Wforensic, Whatssap Key/DB Extractor dan sebagainya. Sementara aplikasi berlisensi seperti Oxygen, XRY, Belkasoft, Cellbrite dan sebagainya, pada umumnya dapat mendeteksi artefak digital untuk semua aktivitas media sosial termasuk WhatsApp.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya