Eks Teroris: Bom Kampung Melayu Bukan Pengalihan Isu

Suasana Halte Kampung Melayu Pasca Ledakan Bom
Sumber :
  • REUTERS / Darren Whiteside

VIVA.co.id – Bekas aktivis kelompok radikal  Ali Fauzi Manzi, menyesalkan asumsi sebagian pihak yang menilai peristiwa bom Kampung Melayu, Jakarta Timur, sebagai pengalihan isu dan bagian dari hasil operasi intelijen. Sejauh yang dia pernah alami, aksi penyerangan seperti itu ada dan nyata, tetapi sulit dideteksi.

Densus 88 Ciduk Terduga Teroris Bom Kampung Melayu

Sejauh yang pernah dialami semasa masih bergabung dengan Jamaah Islamiyah pimpinan Abu Bakar Baasyir (terpidana perkara terorisme), tahun 1990-an hingga awal 2000-an, Ali Fauzi mengatakan dorongan untuk melakukan serangan seperti peristiwa Kampung Melayu selalu memecut anggota kelompok radikal. 

Waktu itu, kata dia, kecanggihan teknologi informasi tidak seperti sekarang, yang dengan begitu mudah dan cepat informasi peristiwa teror tersebar ke masyarakat. Tetapi dia mengamini bahwa massif atau tidaknya publikasi media massa menjadi salah satu ukuran berhasil atau tidaknya sebuah aksi.

Cerita Warga di Hari Terakhir Sebelum Ahmad Meledakkan Diri

"Iya (publikasi media massa jadi ukuran berhasil atau tidaknya aksi teror)," kata adik kandung Amrozi dan Ali Gufron ini saat diwawancara melalui sambungan telepon oleh VIVA.co.id pada Kamis, 25 Mei 2017.

Dalam konteks bom Kampung Melayu, kata Ali, bisa jadi pelaku terinspirasi dari peristiwa serangan bom di Manchester, Inggris, dan Marawi, Filipina, beberapa hari sebelumnya. Tetapi perlu dianalisa lebih dalam apakah antara satu dengen kejadian lain di tiga negara itu berhubungan secara organisasi atau kelompok.

Densus 88 Juga Geledah Rumah Adik Pelaku Bom Kampung Melayu

"Kalau keterkaitan secara jaringan tidak. Tetapi secara ideologi dan visi-misi, antara pelaku di Manchester, Marawi di Filipina, dan di Kampung Melayu hampir sama," kata mantan instruktur bom Jamaah Islamiyah perwakilan Jawa Timur itu.

Pria asal Lamongan, Jawa Timur, itu menduga, ke depan serangan-serangan kemungkinan masih akan terjadi oleh kelompok-kelompok radikal. Karena itu aparat harus selalu waspada. "Seperti pernah saya bilang pada kejadian sebelumnya, serangan-serangan tidak akan berhenti," kata Ali.

Hal yang paling penting, lanjut dia, perlu adanya perspektif yang sama antara pemerintah dan masyarakat terkait penanganan masalah terorisme. "Sekarang ini perspektifnya masih berbeda-beda. Di legislatif saja perspektifnya beragam. Ada yang bilang pengalihan isu, ini akan menyulitkan proses penanganan masalah terorisme," tuturnya.

Diberitakan, dua ledakan diduga bom bunuh diri terjadi di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada Rabu malam, 24 Mei 2017. Lima belas orang jadi korban dalam kejadian tragis itu. Lima orang di antaranya meninggal dunia, tiga anggota Polri dan dua warga sipil.


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya