Temui Jokowi, Petani Karawang Keluhkan Penggusuran Rumahnya

Perwakilan Petani Karawang Budiono di Istana Negara, Rabu (3/5/2017).
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Rahmat

VIVA.co.id – Puluhan petani dari Kabupaten Karawang, Jawa Barat yang terusir akibat konflik dengan PT Pertiwi Lestari, diterima Presiden Joko Widodo dan Menteri Agraria Tata Ruang Sofyan Djalil, Rabu 3 Mei 2017. Para petani ini mengaku terusir dari rumahnya karena konflik dengan perusahaan sejak 2012.

Gus Miftah Curiga Jokowi Pilih Bahlil Lahadalia Jadi Menteri Karena Lucu, Bukan Prestasi

Salah seorang warga Budiono mengatakan, ia dan ratusan warga yang tergusur akibat konflik berasal dari tiga wilayah yakni Margakaya, Wanajaya, dan Margamulya.

Budiono menjelaskan, luas lahan di wilayah itu adalah 7.900 hektare. Namun yang menjadi konflik adalah 791 hektare. "Perusahaan tetap represif dan menggusur warga. Sampai sekarang masih agresif," kata Budiono, usai diterima Presiden Jokowi, di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu 3 Mei 2017.

Jokowi Tegaskan Freeport Bukan Milik Amerika Lagi, tapi Indonesia

Saat ini, sebanyak 217 jiwa terlunta-lunta di Jakarta. Budiono mengaku masih bisa bertahan hidup karena ada pihak yang mau menampung di salah satu tempat di kawasan Tanah Abang.

Menurut dia, beberapa petani pernah melakukan aksi kubur diri dengan peti mati di depan Istana. Dalam pertemuan dengan Jokowi, para petani meminta kebijaksanaan Presiden Jokowi.

Risma dan Menteri PKB Tak Ikut Buka Puasa Bersama Jokowi, Budi Arie: Jangan Didramatisir

Budiono mengatakan, bila Presiden Jokowi meminta waktu hingga tiga hari untuk mencari solusi. Namun, para petani ini akan tetap mengancam, jika dalam jeda waktu tiga hari belum ada solusi dari Jokowi.

"Mungkin kalau belum ada keputusan mungkin ekstrim lagi, 200-300 peti mati kami siapkan lagi," tutur dia.

Budiono dan ratusan warga mengaku sudah putus asa. Tidak ada tempat untuk pulang karena rumah sudah digusur oleh perusahaan. Sementara anak-anak mereka, sudah delapan bulan ini tidak bisa bersekolah lagi.

Dia menceritakan, saat ini yang berada di Jakarta, ditampung oleh Muhammadiyah. Tapi, itu hanya seperempat dari warga yang terkena gusur. Kata dia, masih banyak warga yang di lokasi konflik dan terkurung, terus diintimidasi oleh perusahaan. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya