- VIVA.co.id/Fajar Sodiq
VIVA.co.id – Indonesia sudah mengeksekusi mati belasan napi kasus narkoba dalam beberapa tahun terakhir. Walau dikecam kalangan pegiat Hak Asasi Manusia, elemen masyarakat, lembaga internasional dan sejumlah negara, pemerintah Indonesia saat itu yakin bahwa hukuman mati bagi napi narkoba merupakan cara efektif untuk meredam peredaran obat-obat terlarang di Tanah Air.
Namun, dua tahun pelaksanaan hukuman mati itu sudah dilaksanakan, kasus peredaran narkoba di Indonesia masih saja belum turun secara signifikan. Demikian menurut Presiden Joko Widodo, saat hari ini hadir dalam acara sosialisasi bahaya narkoba, pornografi di GOR Manahan, Surakarta, Jawa Tengah.
Dalam pesannya kepada 1.800 pelajar se-Surakarta, Jokowi mengingatkan bahwa akibat narkoba, 40 hingga 50 orang meninggal setiap harinya. Untuk itu, dia meminta seluruh elemen pelajar agar menjaga diri, teman-teman dan keluarga masing-masing agar terhindar dari bahaya obat-obat terlarang.
Jokowi mengatakan, tidak mungkin pemerintah bergerak sendiri tanpa dukungan masyarakat yang juga harus menolak narkoba.
"Dalam 2 tahun ini sudah 18 bandar narkoba yang sudah dihukum mati. Tapi tren [peredaran narkoba] masih belum bisa kita turunkan," kata Jokowi di Surakarta.
Oleh karena itu, menurut dia, saat ini pemerintah sekarang berupaya lebih gencar untuk melawan bahaya narkoba. Jokowi pun meminta masyarakat untuk kian aktif memerangi kejahatan yang menyasar berbagai kalangan itu.
"Semua harus jadi duta antinarkoba agar kota lingkungan kita, keluarga kita tidak terkena narkoba," kata mantan Wali Kota Surakarta itu. (ren)