Muncul Retakan Tanah Lain Berpotensi Longsor di Ponorogo

Warga melihat proses pencarian korban hilang tertimbun longsor di Desa Banaran, Ponorogo, Jawa Timur, Minggu (2/4/2017).
Sumber :
  • VIVA.co.id/ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko

VIVA.co.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, muncul retakan tanah yang berpotensi longsor di wilayah lain di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Viral Detik-detik Pria Selamat dari Timbunan Tanah Longsor, Telat Sedikit Nyawa Tak Tertolong

Retakan tanah itu ditemukan di lingkungan Salam, Dusun Watu Agung, Desa Dayakan, Kecamatan Badegan. Retakan semula selebar 30 sentimeter, namun terus melebar hingga satu meter dan sedalam tiga meter. Posisi ketinggian sekira 300 meter.

Tanah retak disertai bunyi gemuruh bikin warga panik pada Rabu sore, 5 April 2017. Sebanyak 78 kepala keluarga yang terdiri atas 269 jiwa diungsikan ke tempat yang lebih aman. Warga belum berani kembali ke rumahnya, karena takut terjadi longsor seperti di Desa Banaran pada Sabtu pekan lalu.

BNPB: 30 Warga Sumbar Meninggal Akibat Banjir dan Tanah Longsor, 6 Hilang

"Beberapa dinding rumah dilaporkan telah terjadi keretakan akibat tanah yang bergerak," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui keterangan tertulis yang diterima VIVA.co.id pada Jumat, 7 April 2017.

Lokasi tanah retak yang terus melebar itu berbeda dengan kawasan bencana longsor pada 1 April lalu yang berada di Desa Banaran, Kecamatan Pulung. Sebanyak 25 orang masih hilang dalam musibah itu.

Banjir Bandang-Tanah Longsor Terjang Sumbawa, Puluhan Rumah Warga Terendam

BPBD Kabupaten Ponorogo telah mengimbau warga tetap waspada dan mengungsi ke tempat yang lebih aman. BPBD juga menyiapkan tenda pengungsi dan kebutuhan logistik.

Pencarian nihil

Tim SAR gabungan belum berhasil menemukan lagi korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, berdasarkan data yang diperbarui per Jumat siang. Sebanyak 25 korban masih hilang.

Tim SAR gabungan sebanyak 686 personel dibagi dalam empat sektor, yaitu A, B, C, dan D. Penambahan sektor D bertugas mengurai material longsoran yang menutup aliran sungai dan mencari korban. Pencarian korban longsor terus dilakukan hingga 15 April 2017.

"Memang tidak mudah mencari korban karena tebalnya material longsoran yang mencapai tiga puluh meter di lereng bawah mahkota longsor," kata Sutopo.

Volume material longsoran diperkirakan mencapai dua-tiga juta meter kubik dengan panjang dari bukit asal longsor hingga titik terakhir longsor mencapai 1,22 kilometer. Kendala lain adalah cuaca yang sering hujan saat siang, sehingga operasi SAR dihentikan pada pukul 14.30 WIB.

Sebanyak sepuluh alat berat masih dikerahkan untuk mencari korban. Aksesibilitas lokasi longsor cukup sulit dijangkau. Selain itu, petugas SAR sudah mulai kelelahan setelah bekerja selama enam hari sehingga perlu diganti dengan petugas baru. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya