Ada 49 Ribu Akun Twitter Berafiliasi dengan Teroris

Ilustrasi Twitter.
Sumber :
  • REUTERS/Kacper Pempel

VIVA.co.id – Jaringan internet telah menjadi salah satu alat utama pergerakan teroris di Indonesia. Lewat saluran nirkabel itu, ideologi terorisme dan kebencian bersemayam dan berbiak.

Alasan Kejaksaan Agung Izinkan 5 Smelter Timah Tetap Beroperasi Meski Disita

Data dari Kejaksaan Agung Republik Indonesia menuliskan bahwa kegiatan terorisme di internet bahkan mencapai 90 persen, dan seluruhnya bergerak lewat platform media sosial seperti Facebook, YouTube, Twitter, dan lain sebagainya.

Mengutip dari laporan Kejagung RI di linimassa twitter, platform media sosial yang paling digemari oleh para teroris adalah Twitter. Data menunjukkan bahwa ada 49 ribu akun Twitter yang berafiliasi dengan gerakan terorisme. (Baca: Ketika Tren Perempuan Terlibat Aksi Teror Meningkat)

Survei LSI: Mayoritas Rakyat Percaya Kejagung Bakal Usut Tuntas Kasus Korupsi Rp 271 T

Twitter, umumnya digunakan kelompok teroris untuk, pertama, liputan secara langsung, kedua penggunaan tautan pranala yang menjelaskan posisi korban teror, umumnya berisi tuntutan tebusan atau bukti bahwa korban masih hidup.

"(Ketiga) Digunakan untuk mengklaim tanggung jawab terhadap serangan-serangan," tulis akun resmi Kejagung RI @KejaksaanRI.

Survei LSI: Kepercayaan Publik terhadap Kejaksaan Naik Jadi 74 Persen

Platform berikutnya yang menjadi alat teroris adalah jejaring berbagi video, Youtube. Di media sosial ini, kelompok teroris memanfaatkannya untuk menyebarkan paham terorisme.

Kasus terorisme meningkat

Dalam laporan Kejagung RI, untuk Indonesia saat ini mengalami peningkatan tren aktivitas terorisme dalam empat tahun terakhir, 2013-2016.

Ini merujuk pada data penanganan perkara yang masuk ke Kejaksaan Agung. Di mana, pada tahun 2013, ada 56 kasus, lalu 2014 56 kasus, kemudian 2015 55 kasus dan hingga Agustus 2016 ada 86 kasus yang ditangani.

Kenaikan itu mengejutkan. Sebabnya untuk tahun 2016, dengan jumlah kasus perkara yang ditangani, jumlahnya sudah mencapai 86 kasus dan itu baru terhitung hingga Agustus 2016.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya