Bupati Ponorogo Sudah Peringati Warga Bahaya Longsor

Keluarga korban menyaksikan tim SAR gabungan mencari korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (3/4/2017).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

VIVA.co.id – Bupati Kabupaten Ponorogo, Ipong Muchlisoni mengatakan, proses pencarian korban longsor di Desa Banaran, Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, sulit dilakukan. Meski demikian, pihaknya terus mengupayakan untuk mencari korban yang masih tertimbun di dalam longsoran.

KBRI Pastikan Tak Ada WNI jadi Korban Bencana di Korea Selatan

"Kita saat ini, fokus ke pencarian yang sulit sekali. Kendalanya, satu tumpukan tanah cukup tebal. Kedua, tiap hari cuacanya hujan. Kemarin hujan terus, jadi agak sulit. Tetapi, kita terus berupaya sampai ketemu," ungkap Ipong di tvOne, Selasa 4 April 2017.

Ipong mengungkapkan, sejatinya kurang lebih seminggu yang lalu sebelum kejadian, pihaknya telah melakukan antisipasi bencana dengan mengungsikan warga Banaran ke tempat yang aman. Karenanya, saat ini, korban yang tewas dalam bencana alam ini tidak terlalu banyak.

Longsor di Ekuador, 7 Orang Tewas dan Puluhan Orang Hilang

"Sesungguhnya, sebelum kejadian ini, 8-10 hari seluruh warga sudah kita ungsikan. Alhamdulillah, mereka bersedia. Kalau tidak, korbannya tidak 28, tetapi bisa 100 orang," kata dia.

Menurut Ipong, warga yang menjadi korban kali ini, adalah warga yang nekat kembali ke kediamannya, karena sayang akan hasil ladangnya.

Longsor Sumedang: 36 Korban Tewas dan 4 Orang Masih Hilang

"Jadi, selama seminggu mereka sudah mengungsi. Tetapi, pas Sabtu kemarin, ada 14 orang karena merasa sayang hasil taninya sudah bisa dipanen dan melihat cuaca cerah, mereka pagi-pagi pergi ke ladang. Akhirnya, terjadi kejadian bencana ini," ujar Ipong.

Karena itu, ia membantah bahwa pemerintah disebut abai dengan terjadinya bencana alam longsor di daerah tersebut. Sebab, pihaknya telah memberikan peringatan kepada warga untuk pindah dari daerah yang mereka tempati saat ini.

"Jadi, kalau antisipasi sesungguhnya sebelum bencana sudah kita warning. Bahkan, kita sudah dirikan posko. Ada pemantau juga. Ketika pemantau meminta warga mengungsi, permintaan itu tak diindahkan. Pemantau itu malah ikut menjadi korban, dengan korban lainnya," kata Ipong. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya