Mensos Minta Korban Longsor Ponorogo Segera Direlokasi

Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA.co.id – Kementerian Sosial menyalurkan bantuan sosial senilai Rp1,34 miliar bagi korban longsor di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Viral Detik-detik Pria Selamat dari Timbunan Tanah Longsor, Telat Sedikit Nyawa Tak Tertolong

Bantuan tersebut langsung diserahkan Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa saat meninjau lokasi bencana. Rincian bantuan tersebut yakni Rp832 juta berupa paket lauk pauk, family kid, food ware, selimut woll, matras, tenda gulung, tenda keluarga dan sandang paket. Sementara sisanya disiapkan untuk santunan ahli waris korban meninggal atau korban hilang, masing-masing sejumlah Rp15 juta dan maksimal Rp5 juta untuk korban luka. 

"Sesaat setelah kejadian, Taruna Siaga Bencana (TAGANA) langsung dikerahkan untuk membantu evakuasi," ujar Khofifah usai meninjau lokasi kejadian, Minggu 2 April 2017. 

BNPB: 30 Warga Sumbar Meninggal Akibat Banjir dan Tanah Longsor, 6 Hilang

Tak hanya dari wilayah Ponorogo, kata Khofifah, namun juga dari wilayah sekitar seperti Probolinggo,Trenggalek, Nganjuk, Pacitan, Magetan, Kabupaten Madiun dan Kota Madiun. "Selain Tagana, juga dikerahkan anggota Kampung Siaga Bencana (KSB) Ngebel," katanya menambahkan.

Khofifah menjelaskan, Tagana yang dikerahkan bertugas mendirikan sekaligus mengelola dapur umum lapangan guna memenuhi kebutuhan logistik korban bencana dan relawan. 

Banjir Bandang-Tanah Longsor Terjang Sumbawa, Puluhan Rumah Warga Terendam

Dari data sementara Kemensos, hingga kini masih ada 28 orang korban yang tertimbun, sementara korban selamat terdiri dari 20 orang luka ringan dan tiga orang luka berat. Adapun jumlah rumah yang tertimbun material longsor sebanyak 32 rumah. 

Nama korban hilang berdasar rilis yang dikeluarkan BPBD Ponorogo yaitu Litkusnin (Lk , 60), Bibit, (Pr, 55), Fitasari (Pr, 28), Arda, (Lk, 5 th), Janti (Pr, 50 th), Mujirah (Pr, 50 th), Purnomo (Lk, 26 th), Suyati (Pr, 40 th), Poniran (Lk, 45 th), Prapti (Pr, 35 th), Cikrak (Pr, 60 th), Misri (Pr, 27 th), Anaknya misri (Pr, 3 th), Sunadi (Lk, 47 th).

Korban lainnya Katemi (Pr, 70 th), Iwan (Lk, 30 th), Katemun (Lk, 55 th), Pujianto (Lk, 47 th), Siyam (Pr, 40 th), Nuryono (Lk, 17 th, Menik (Lk, 45 th), Kateno (Lk, 55 th), Muklas (Lk, 48 th), Jadi (Lk, 40 th), Suyono (Lk, 35 th), Suroso (Lk, 35 th), Tolu (Lk, 47 th), Situn (Pr, 45 tahun).

Diungkapkan, proses evakuasi sempat dihentikan pada Jumat malam karena faktor cuaca, kondisi tanah yang masih terus bergerak, tidak adanya penerangan lantaran terputusnya aliran listrik dan tidak adanya alat berat guna menyingkirkan material longsor.

Relokasi dan Reboisasi

Mensos Khofifah meminta, Pemkab Ponorogo mempertimbangkan opsi relokasi kepada seluruh korban dan pemukiman di sekitar lokasi tanah longsor. Mengingat daerah tersebut menyandang status rawan bencana. 

Dia menilai, bencana dipicu meningkatnya lahan kritis, berkurangnya tutupan lahan, degradasi lingkungan, berkurangnya resapan air dan pertanian yang tidak memerhatikan konservasi lingkungan.

"Perlu upaya terstruktur, sistematis, dan masif dalam menangani persoalan ini. Masyarakat pun perlu ditingkatkan perilaku sadar bencana. Pengetahuan bencana pada masyarakat relatif meningkat namun belum menjadi sikap dan perilaku serta budaya masyarakat," ujarnya.

Menurutnya, untuk mencegah longsor datang kembali, perlu dilakukan reboisasi terhadap sejumlah lahan kritis. Ini dilakukan tak hanya untuk mengurangi potensi tanah longsor, namun juga meningkatkan kualitas air, menaikkan posisi muka air tanah, penyediaan air saat kekeringan, dan konservasi sumber daya air tanah. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya