- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
VIVA.co.id - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi langsung bergerak cepat menangkap dan menahan Andi Agustinus alias Andi Narogong, pasca ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi proyek e-KTP senilai Rp2,3 triliun.
Menurut Juru Bicara KPK Febri Diansyah, sikap reaktif itu ditunjukkan penyidik karena Andi Narogong dikhawatirkan menghilangkan barang bukti. Termasuk bukti kedekatan Andi dengan petinggi di DPR.
"Karenanya kami merasa perlu melakukan penahanan terhadap AA. Selain diduga keras akan melakukan tindak pidana lagi, ada kekhawatiran dihilangkan barang bukti," kata Febri Diansyah di kantornya, Jl Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Jumat 24 Maret 2017.
Lebih jauh, dikatakan Febri, Andi Narogong yang diduga sebagai pihak pengatur lelang, suap dan korupsi e-KTP ini sangat dibutuhkan keterangannya oleh penyidik. Hal itu guna menjerat oknum lain dalam kasus ini.
"Peran AA itu cukup luas, mulai dari terkait pembahasan anggaran sampai proses pengadaan. Kami juga bisa baca beberapa peran itu di dakwaan yang sudah disampaikan di persidangan," kata Febri.
Dalam dakwaan tim jaksa KPK kepada dua mantan pejabat Kemendagri, Irman dan Sugiharto, menyebutkan bahwa pengusaha Andi Narogong telibat aktif memberikan uang kepada pejabat Kemendagri, dan anggota DPR untuk memuluskan anggaran e-KTP.
Bahkan terdakwa Irman pernah mengatakan, sejak awal Andi Narogong yang mengundang dirinya dan Sugiharto bertemu mantan Bendum dan Ketua Fraksi Partai Golkar, Setya Novanto untuk menggiring anggaran e-KTP.
Selain itu, kata Irman, Novanto pula yang mengkoordinasikan ke lintas Fraksi untuk proyek ini. Tapi dalam beberapa kesempatan, Setya Novanto bantah terlibat proyek e-KTP, serta mengaku tak kenal Irman dan Sugiharto.
