Paus Fransiskus Tunjuk Robertus Jadi Uskup Agung Semarang

Paus Fransiskus saat pimpin Misa Paskah di Basilika Santo Petrus, Vatikan, beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • REUTERS/Osservatore Romano/Handout via Reuters

VIVA.co.id – Paus Fransiskus resmi menunjuk Robertus Rubiyatmoko sebagai Uskup Agung Semarang. Ia menggantikan Mgr Johannes Maria Trilaksyanta Pujasumarta yang wafat pada 10 November 2015.

Pertemuan Presiden Jokowi dengan Paus Fransiskus Tengah Dibahas Kemenlu, Menurut Mensesneg

Terpilihnya Romo Robertus sebagai pemimpin umat Katolik Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta itu setelah diterbitkannya surat salinan organisasi dewan gereja Indonesia pada Sabtu, 18 Maret 2017. Surat itu berisi pernyataan Paus Fransiskus yang disiarkan jaringan radio di Kota Vatikan, Roma.

Ditemui saat menyapa umat Katolik di Gereja Santo Petrus Sambiroto, Tembalang Semarang, Romo Rubi, sapaan akrab Robertus, mengaku tak terlalu terkejut ihwal penunjukan dirinya sebagai Uskup Agung Semarang. Ia menyatakan, penunjukan itu sudah jauh-jauh hari dipersiapkan oleh Vatikan.

Paus Fransiskus Datang 3 September 2024, Bakal Lihat Keberagaman Indonesia

"Saya mulai memahami situasinya sejak 4 Maret 2017 kemarin. Saya punya feeling sangat kuat bila sayalah yang ditunjuk," katanya, Senin, 20 Maret 2017.

Meski demikian, Rubi mengaku sempat gelisah akan amanat yang diberikan Vatikan kepada dirinya. Hatinya sempat bergejolak tatkala menerima mandat jadi Uskup Agung yang baru.

Kemenag Sebut Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia Pada 3 September

Sampai akhirnya, beberapa tokoh dari Dewan Gereja Indonesia menguatkan hatinya. "Setelah berdoa sendirian di Kapel Kedutaan Vatikan, saya lalu meneguhkan hati untuk siap menerima jadi Uskup Agung," jelas pria yang telah menjadi romo di Keuskupan Agung Semarang (KAS) selama 25 tahun itu.

Sambut AYD 2017

Sebagai Uskup Agung yang baru, Romo Rebertus langsung bersiap mengawal kongres Asian Youth Day (AYD) di Semarang dan Yogyakarta pada Juli-Agustus 2017.

AYD rencananya akan dihadiri langsung Paus Fransiskus. Karenanya, 2.000 pemuda Katolik bakal bergerak melibatkan umat lintas agama lainnya.

"Saya sudah menyiapkan rencana penyambutan jika Paus datang ke sini atau pun tidak jadi datang. Pemuda Katolik akan semakin inklusif untuk perdamaian dunia," kata dosen Jurusan Moral dan Hukum Gereja Fakultas Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma Yogyakarta itu.

Menurutnya, AYD 2017 akan dijadikan titik balik untuk merubah paradigma Orang Muda Katolika. Sebagai tuan rumah, menurutnya, Semarang adalah kota multikultural.

Sehingga, pemuda Katolik harus mampu menjadi kaum pluralis yang inklusif dengan melibatkan umat agama lain saat kongres berlangsung.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya