Hasyim Rahasiakan Satu Hal tentang Gus Dur kepada Warga NU

Mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama, Hasyim Muzadi.
Sumber :
  • VIVAnews/Adri Irianto

VIVA.co.id - Hasyim Muzadi mengungkapkan dalam sebuah kesempatan tentang kisah persahabatannya dengan Abdurrahman alias Gus Dur. Dia telah mengenal Gus Dur lebih 20 tahun, sejak mula bertemu dalam forum Muktamar NU di Semarang, Jawa Tengah, pada 1979.

GP Ansor Ungkap Makna Gowes 90 KM, Simbol Perjuangan Menuju Indonesia Emas 2045

Saat itu Hasyim hadir dalam Muktamar sebagai utusan pengurus NU Malang, Jawa Timur. Sedangkan Gus Dur hanya sebagai peninjau karena dia belum masuk kepengurusan NU.

Hasyim merasa dipercaya Gus Dur sebagai semacam juru bicara sejak kian intensif bertemu dan saling memahami pola pikir serta karakter masing-masing-masing. Dia sering dikomplain kiai-kiai NU karena sepak terjang dan pernyataan-pernyataan Gus Dur yang dianggap kontroversial dan kebablasan.

Pendeta Gilbert Olok-olok Salat dan Zakat, PBNU: Kami Umat Islam Diajarkan untuk Menahan Emosi

Saat Gus Dur mulai bersentuhan dengan politik praktis pun, Hasyim-lah yang paling sibuk dan dianggap otoritatif untuk menjelaskan. Begitu pula ketika Gus Dur menjabat Presiden pada 1999-2001.

"Posisi saya selama dua puluh tahun bersama-sama dan mendampingi beliau bertindak sebagai penjelas dari pikiran dan ucapan-ucapan Gus Dur yang sulit dipahami oleh masyarakat awam," kata Hasyim dalam sebuah forum diskusi di kampus Monash University Australia pada 11 Desember 2016, sebagaimana dikutip dari laman resmi Pesantren Al Hikam, Alhikam.ac.id. 

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor yang Jadi Tersangka Korupsi Pemotongan Insentif

Namun ada satu hal yang dirahasiakan Hasyim seputar pemikiran dan sepak terjang Gus Dur. Dia awalnya membagi dunia Gus Dur dalam dua kategori: pertama, pemikiran keagamaan dan universalitasnya; dan kedua, strategi politis untuk mencapai jenjang presiden.

"Gus Dur sejak waktu yang lama sudah bercita-cita menjadi presiden RI dan Gus Dur yakin kalau itu akan terjadi," ujar Hasyim.

Dunia pertama, yakni pemikiran keagamaan dan universalitasnya, sudah hampir semua dijelaskan kepada publik, terutama para kiai NU. Nah, dunia kedua, yaitu strategi politis untuk mencapai jenjang presiden, yang tak pernah diungkapkan kepada khalayak.

Hasyim hanya memberikan gambaran umum bahwa Gus Dur memerlukan dukungan kalangan nasionalis Indonesia untuk mencapai tujuannya. Gus Dur, katanya, menyadari benar diperlukan kedekatan dengan pusat Katolik di Vatikan, Roma; dan kekuatan Israel. "Misalnya, dengan masuk ke Yayasan Shimon Peres (Presiden kesembilan Israel) dan sebagainya."

"Hal-hal yang strategis ini," kata Hasyim, "saya tidak ingin mencampuri Gus Dur terlalu dalam, karena bisa mengganggu tujuan (Gus Dur), dan saya pun tidak pernah menjelaskannya kepada masyarakat nahdliyin (warga NU)."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya