- VIVA.co.id/BNPB
VIVA.co.id – Rusaknya kawasan penyangga air dan hutan di perbukitan Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat diduga menjadi penyebab munculnya bencana longsor dan banjir di daerah itu.
Kerusakan itu, seperti disebutkan Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, ditengarai oleh maraknya aktivitas pertambangan batu dan pasir di wilayah perbukitan Kecamatan Pangkalan di Kabupaten Limapuluh Kota.
Dampak tambang batu dan pasir di perbukitan di Kec Pangkalan Kab 50 Kota yang memicu maraknya banjir dan longsor. @jokowi @j pic.twitter.com/RYTOz1bvXO
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) 8 Maret 2017
Sejauh ini, berdasarkan pembaharuan terakhir, Rabu, 8 Maret 2017, pukul 21.00 WIB. Dilaporkan bahwa total korban meninggal dunia akibat bencana longsor dan banjir di Limapuluh Kota mencapai tujuh orang. Dua orang luka berat dan seorang lain masih dalam pencarian.
FOTO: Infografis dampak bencana longsor dan banjir di Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat/BNPB
Bencana longsor yang terjadi pada 2 Maret 2017 ini juga menyebabkan 3.774 rumah terendam, 27 sekolah diliburkan, 1.039 hektare sawah dan 45 hektare kebun mengalami kerusakan.
Hingga kini, status tanggap darurat bencana di Kabupaten Limapuluh Kota telah diperpanjang hingga 16 Maret 2017 dari sebelumnya ditetapkan hingga 10 Maret.
Tanggap darurat banjir longsor di Kab 50 Kota diperpanjang 10-16/2/2017. 7 tewas, 2 luka dan ribuan menderita. @jokowi @Pak_JK @raisa6690 pic.twitter.com/jqp85RjGdy
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) 8 Maret 2017