TNI AU Resah dengan Bertebarannya BTS dan Drone

Sosialisasi keselamatan penerbangan di Makassar.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhammad Yasir

VIVA.co.id – Komandan Pangkalan TNI AU Sultan Hasanuddin, Marsekal Madya Bowo Budiarto, mengungkapkan meningkatnya penggunaan pesawat tanpa awak atau drone, serta menjamurnya Base Transceiver Station di sejumlah kota besar di Indonesia, berpotensi mengganggu dan membahayakan keselamatan penerbangan.

PHRI: Tanpa Kepercayaan Publik, Percuma Bangkitkan Pariwisata RI

Oleh sebab itu, Lanud Hasanuddin Makassar mengumpulkan sejumlah komunitas penerbangan seperti para penerbang dari Skadron Udara 5 dan Skadron Udara 11 TNI AU, dan dari komunitas penerbangan sipil. Tujuannya guna membahas beragam persoalan yang dianggap berpotensi mengganggu keselamatan penerbangan.

"Selain drone dan BTS, bangunan High Tension di KKOP (Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin serta maraknya pengguna laser pointer, itu berpotensi mengganggu dan membahayakan keselamatan penerbangan," kata Bowo di Gedung Galaktika Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Rabu 1 Maret 2017.

KNKT Investigasi 78 Kecelakaan Moda 2019, Terbanyak Penerbangan

Menurutnya, keamanan dan keselamatan, dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan tidak boleh ditawar-tawar serta sangat berpengaruh pada kelancaran operasional penerbangan baik militer maupun sipil. Demi menjaga dua hal tersebut, tentunya diperlukan sinergi dan komunikasi yang intensif antara seluruh para pemangku kepentingan yang terlibat langsung pada operasional penerbangan di Makassar. 

"Apalagi drone sekarang sudah banyak dimiliki masyarakat yang memungkinkan bisa digunakan di area larangan sekitar bandara," kata Bowo. 

Bantu Keselamatan Penerbangan, BMKG Luncurkan Sistem AWOS 

"Kita mau mendata berapa jumlah BTS yang terus menjamur di dalam kota. Secara sederhana, ini tentu berbahaya, jika posisi BTS tidak kita ketahui, bisa membahayakan tentunya," lanjut dia.

Ganggu Komunikasi Penerbangan

Banyaknya BTS juga dapat mengganggu saluran komunikasi penerbangan. Bentuk BTS yang menjulang tinggi dikhawatirkan berpotensi mengganggu penerbangan, khususnya pada malam hari. 

"Banyak BTS dapat mengganggu saluran komunikasi penerbangan, serta bangunan tinggi yang berpotensi mengganggu penerbangan,  juga laser pointer itu yang marak digunakan oknum atau iseng diarahkan ke kokpit pesawat pada saat take off maupun landing," jelas Bowo.

Turut hadir pada pembahasan itu, Kepala Otoritas Bandara Hasanuddin, GM Angkasa Pura, GM Gapura Angkasa, GM MATSC, para Station Manager dari seluruh maskapai yang beroperasi di Makassar, Basarnas, komunitas aeromodeling, drone, para laying, dan gantole.

Diharapkan pertemuan itu dapat tetap menjaga dan meningkatkan koordinasi yang positif antara berbagai stake holder yang terlibat dalam kegiatan penerbangan. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya