- VIVA/Bayu Januar
VIVA.co.id – Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, menilai peristiwa teror bom di Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat, menandakan bahwa deradikalisasi yang dijalankan saat ini belum maksimal. Pelaku teror yang diketahui mantan narapida perkara terorisme bisa jadi petunjuk soal itu.
"Proses pembinaan para teroris supaya sadar. Dengan ditangkap dan diadili dan menjalani hukuman agar tidak mengulangi lagi. Kalau dilihat dari segi itu deradikalisasi gagal," kata Mahfud MD ditemui di kampus Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, pada Senin, 27 Februari 2017.
Namun, kata Mahfud, secara umum program deradikalisasi yang dijalankan pemerintah melalui segala lini tergolong berhasil. "Secara umum deradikalisasi berhasil. Kenapa? Karena teroris itu, kan, banyak, tetapi yang melakukan pengulangan-pengulangan hanya beberapa saja," ujarnya.
Sebenarnya, lanjut Menteri Pertahanan era Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu, banyak faktor kenapa radikalisme dan terorisme tak punah-punah dan sulit dikikis. Di antaranya ialah adanya anggapan bahwa penegakan hukum belum memenuhi rasa keadilan. "Kalau tidak adil, orang akan bilang, 'saya akan bikin keadilan sendiri saja'," kata Mahfud.
Faktor lain yang menyebabkan lahirnya radikalisme ialah kesenjangan sosial. "Kesenjangan juga. Kesenjangan ekonomi itu akan memengaruhi sikap seseorang untuk berbuat radikal," ujar Mahfud.
Kepala Kepolisian RI, Jenderal Polisi Tito Karnavian, mengatakan memang diperlukan program deradikalisasi kepada mereka yang sudah terlibat dengan jaringan kelompok radikal yang tertangkap. "Perlu adanya pendekatan kepada mereka yang di dalam penjara, ketika keluar juga perlu pendekatan. Kalau tidak mereka akan kembali lagi ke jaringannya," ujarnya.
Ledakan terjadi di Taman Pandawa Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat, pada Senin, pagi, 27 Februari 2017. Pelakunya diduga dua orang. Satu pelaku berhasil melarikan diri, sementara satu pelaku lagi dilaporkan polisi dengan pelor setelah baku tembak di kantor Kelurahan Arjuna. Teror bom itu terjadi beberapa hari sebelum jadwal kunjungan Raja Salman ke Indonesia.