Gubernur Papua: Masalah Pilkada Intan Jaya Merembet Isu SARA

Warga Papua tengah berkumpul.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Banjir Ambarita

VIVA.co.id - Gubernur Papua, Lukas Enembe, meminta Kepolisian segera mengusut tuntas peristiwa bentrokan dua kelompok massa yang menewaskan tiga orang di Kabupaten Intan Jaya pada Kamis, 23 Februari 2017.

Polri Ternyata Masih Tetap Gunakan Istilah KKB Ketimbang OPM, Ini Alasannya

Gubernur mengaku mulai khawatir karena peristiwa yang dilatarbelakangi masalah politik Pilkada Kabupaten Intan Jaya itu belakangan berkembang dan merembet ke isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Kerusuhan antarmassa pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati itu dikembangkan sedemikian rupa menjadi isu konflik antarsuku.

"Di Intan Jaya telah terjadi gesekan yang luar biasa, di mana, isu SARA dalam Pilkada diembuskan orang-orang yang tak bertanggung jawab, yang menimbulkan jatuhnya korban jiwa. Polisi harus mengusut para aktornya," kata Gubernur di Jayapura pada Senin, 27 Februari 2017.

Panglima TNI Blak-Blakan Soal Kembali Sebut KKB Papua jadi OPM

Kerusuhan itu, kata Gubernur, berdampak buruk pada Papua, terutama Intan Jaya, jika tidak diusut tuntas hingga ditemukan aktor intelektualnya. "Karena ada yang mengaku-ngaku putra daerah lalu berbuat seenaknya," katanya.

Pemerintah Provinsi juga mengingatkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Intan Jaya bersikap tegas atas apa pun hasil pilkada di kabupaten itu. Jika memang ada beberapa distrik tertentu yang belum menyelesaikan penghitungan suara, harus segera menggelar rapat pleno dan tak boleh ditunda-tunda.

TNI Kembali Sebut KKB Menjadi OPM, Ini Alasannya

"KPU harus tegas. Kalau memang sudah lewat batas waktu pleno, jangan lagi menanggapi keberatan-keberatan paslon (pasangan calon bupati-wakil bupati) yang tak puas," kata Lukas.

Bahkan, kata Gubernur, KPU berhak mendiskualifikasi pasangan calon yang tak mematuhi aturan. "Kalau tak mau turuti aturan, ya, didiskualifikasi saja."

Kronologi

Bentrokan dua kelompok massa pendukung calon bupati dan wakil bupati Intan Jaya itu terjadi pada Kamis, 23 Februari 2017. Tiga orang tewas dan puluhan warga luka-luka dalam bentrokan itu. Satu orang meninggal dunia di lokasi bentrokan pada Kamis, dan dua yang lain meninggal, setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Sugapa keesokan hari.

Bentrokan massa dan pembakaran rumah itu dipicu masalah penghitungan suara Pilkada Kabupaten Intan Jaya. Massa menuntut KPU segera menghitung seluruh suara agar secepatnya diketahui pemenang pemilihan bupati dan wakil bupati.

KPU tak segera menggelar rapat pleno rekapitulasi suara karena masih ada beberapa hasil pencoblosan pada sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di beberapa distrik yang belum masuk. Dua distrik yang datanya belum masuk adalah Distrik Wandai dan Distrik Agisiga.

Bentrokan itu didahului perusakan kantor KPU Kabupaten Intan Jaya pada Kamis, 23 Februari 2017. Lalu, dua kelompok massa saling serang dengan panah di depan halaman rumah Natalius Tabuni, calon petahana bupati Intan Jaya, pada Jumat pagi. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya