Polisi: Korban Tewas akibat Bentrok di Papua Tiga Orang

Polisi antihuru-hara melerai bentrokan dua kelompok massa pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati di Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada Jumat 24 Februari 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Banjir Ambarita

VIVA.co.id - Kepolisian Daerah Papua, mengklarifikasi kabar yang menyebutkan enam orang tewas akibat bentrokan dua kelompok massa di Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada Kamis lalu, 23 Februari 2017.

Tisu Magic hingga Minyak Lintah Papua Ditemukan Saat Olah TKP Pembunuhan Wanita Open BO

Menurut Juru Bicara Polda Papua, Komisaris Besar Polisi Ahmad Mustofa Kamal, jumlah korban tewas sebanyak tiga orang, bukan enam orang. Satu orang meninggal dunia di lokasi bentrokan pada Kamis, dan dua yang lain meninggal, setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Sugapa keesokan hari.

Sebagian dari puluhan korban luka-luka akibat bentrokan itu sudah dievakuasi dengan pesawat terbang ke Nabire, kemarin. Prosess evakuasi dijadwalkan dilanjutkan pada hari ini, Minggu 26 Februari 2017.

Freeport Indonesia Setor Rp 3,35 Triliun Bagian Daerah dari Keuntungan Bersih 2023

Namun, dua pesawat yang telah terbang dari Sugapa, ibu kota Kabupaten Intan Jaya, tidak bisa mendarat di Nabire, karena cuaca buruk.

Evakuasi baru bisa dilanjutkan lagi, jika cuaca mendukung. "Salah satu kendala di Papua ini, kan, cuaca yang tak bisa diprediksi," kata Mustofa, ketika dikonfirmasi di Jayapura, Papua, pada Minggu.

PYCH Binaan BIN Buat Kegiatan Rutin di Papua: Pengembangan Wisata hingga Usaha

Informasi salah

Pernyataan Mustofa itu mengoreksi kabar yang disampaikan Thomas Sondigao, anggota DPRD Papua, daerah pemilihan Kabupaten Intan Jaya, yang menyebut korban tewas sebanyak enam orang. "Konflik masih berlanjut sampai saat ini. Sudah enam ratus orang kena panah dan enam yang tewas," ujarnya melalui pesan elektroniknya pada Sabtu malam.

Konsentrasi massa dikabarkan juga masih terus berlanjut di Sugapa hingga Sabtu malam. Massa berkumpul di Pastoran Bilogai, Sugapa. Massa berusaha menerobos masuk rumah dinas Bupati Natalis Tabuni, sebagai bentuk protes atas hasil pilkada kabupaten itu pada 15 Februari 2017.

Rumah-rumah di Sugapa, juga banyak kosong, karena ditinggalkan penghuninya mengungsi ke tempat lain. Warga setempat dilaporkan ketakutan, setelah sejumlah rumah mereka dibakar, lalu dijarah pada Jumat lalu.

Sementara itu, Kepala Polda Papua, Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw mengklaim, situasi Kabupaten Intan Jaya sudah kondusif pada Minggu. Ratusan personel gabungan TNI dan Polri bersiaga untuk menjaga keamanan dan mencegah kerusuhan serupa.

Kapolda dan Panglima Kodam Cendrawasih, Mayor Jenderal TNI Hinca Siburian meminta para pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati sama-sama menahan diri, agar tahapan-tahapan pilkada bisa dilanjutkan.

Mengenai pelaku pembunuhan dan aktor intelektual di balik peristiwa bentrokan itu, kata Mustofa, polisi masih menyelidikinya. "Kami sudah mintai keterangan beberapa masyarakat, guna mengungkap provokator bentrok," katanya.

Bentrokan massa dan pembakaran rumah, serta perusakan kantor KPU itu dipicu masalah penghitungan suara Pilkada Kabupaten Intan Jaya. Massa menuntut KPU segera menghitung seluruh suara, agar secepatnya diketahui pemenang pemilihan bupati dan wakil bupati.

KPU tak segera menggelar rapat pleno rekapitulasi suara, karena masih ada beberapa hasil pencoblosan pada sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di beberapa distrik yang belum masuk. Dua distrik yang datanya belum masuk adalah Distrik Wandai dan Distrik Agisiga.

Bentrokan itu didahului perusakan kantor KPU Kabupaten Intan Jaya pada Kamis 23 Februari 2017. Lalu, dua kelompok massa saling serang dengan panah di depan halaman rumah Natalius Tabuni, calon petahana bupati Intan Jaya, pada Jumat pagi. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya