Kiat Menguji Hoax Ala Ridwan Kamil yang Patut Ditiru

Aksi Kampanye Anti Hoax di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVA.co.id – Penyebaran berita bohong atau hoax melalui media sosial saat ini masih menjadi perhatian. Pada tahun 2016, sebanyak 2.700 kasus hoax terjadi di Kota Bandung, Jawa Barat.

Beredar Hoax Go-Food Diberi Racun, Gojek Lapor Polisi

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menjelaskan, problem penyebaran berita bohong saat ini tetap rawan terjadi melalui pengguna media sosial.

"Apa yang terjadi? Setiap individu bisa jadi media, itu problem hari ini. Bisa memproduksi berita, tinggal ketik, apa yang dilihat, yang dirasakan, posting," kata Ridwan Kamil di sela diskusi publik "Hoax dan Kebijakan Literasi Lintas Ilmu" di Balai Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu 25 Februari 2017.

Stop Sebar Teror di Medsos, Yuk Kampanye #BersatuIndonesiaku

Bahkan, menurutnya, aktivitas pengguna media sosial yang aktif menyebarkan informasi tanpa batas waktu diprediksi akan menjadi poros informasi di masa depan. Namun, yang perlu dipertanggungjawabkan adalah soal verifikasi informasi. Menurutnya, informasi yang beredar tanpa akurasi akan memberikan dampak negatif kepada masyarakat.

"Citizen journalism hari ini akan menjadi masa depan. Pertanyaannya cuma satu, kalau memberitakan, itu teh benar atau tidak," lanjutnya.

Polisi dan Kemenkominfo Usut Penyebar Hoax soal Teror Bom

Pria yang akrab disapa Emil itu menyebutkan, sepanjang tahun 2016, tercatat ada 2.700 berita bohong yang dilaporkan ke polisi. Arus hoax sayangnya dimanfaatkan pihak-pihak yang merasa diuntungkan.

"Kenapa sebanyak itu karena banyak yang percaya. Semakin banyak yang percaya, semakin banyak yang nge-klik, si pembuat berita bohong dapat duit dari ekonomi digital," katanya.

Menurutnya, dampak hoax antara lain, orang bisa menjadi tiba-tiba semakin benci kepada golongan yang berbeda. Bahkan, pada situasi terkini, sesama muslim menurut Emil, bisa bertikai dengan berbagai pembenaran masing-masing.

"Kuncinya, melawan berita bohong atau hoax, jangan percaya kepada berita yang mengundang emosi, cek dulu. Kalau tidak diliput media terpercaya, berita itu jangan dipercaya, terutama broadcast," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya