Pengamat Intelijen Yakin Siti Aisyah Bukan Agen Korea Utara

Paspor milik Siti Aisyah (25), perempuan warga negara Indonesia yang diduga terlibat dalam pembunuhan kakak tiri pimpinan Korea Utara Kim Jong Un
Sumber :
  • VIVA.co.id/Istimewa

VIVA.co.id – Pengamat intelijen Harits Abu Ulya meyakini, Siti Aisyah, warga Indonesia yang dituduh kepolisian Malaysia membunuh kakak tiri pimpinan Korea Utara Kim Jong Un, Kim Jong Nam, bukan seorang agen.

KBRI Malaysia Belum Bisa Temui Siti Aisyah

Keyakinan itu, menurut Harits, didasari tidak adanya kepentingan signifikan antara Korea Utara dengan Indonesia.

"Karena secara politik Indonesia tidak terlalu banyak urusan dengan Korea Utara," kata Harits, Minggu, 19 Februari 2017.

4 Pembunuh Jong-nam Asal Korut, Sempat Transit di Jakarta

Selain itu, menurut Harits, tidak mudah bagi Korea Utara untuk merekrut warga Indonesia menjadi seorang agen. Apalagi untuk menghabisi nyawa seseorang yang memiliki pengaruh di negara itu. Karena Indonesia memiliki sistem clearing house, sehingga menyulitkan agen dari Korut untuk masuk ke Indonesia.

"Berbeda dengan China dan Taiwan di mana agen kedua negara tersebut terindikasi banyak yang ada di sini untuk melakukan operasi," katanya.

Siti Aisyah, Janda di Kasus Pembunuhan Kim Jong-nam

Motif pembunuhan Kim, menurutnya sangat janggal. Sebab, dengan alibi reality show, terjadi di hadapan publik. 

"Tabiatnya reality show yang model candaan itu adalah random, dan kecil sekali probabilitasnya Kim Jong-Nam menjadi target di tengah ramainya orang. Jadi indikasi kuat ini pembunuhan yang direncanakan," katanya.

Maka dari itu, Direktur Eksekutif The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) ini yakin, Aisyah hanya korban yang diperalat dalang pembunuhan Kim. Menurutnya tidak kuat alasan, menyebut Aisyah agen rekrutan.

"Siti Aisyah kebetulan saja menjadi orang yang terpilih oleh si master mind. Mungkin saat spoting sang master mind ketemu dengan sosok Siti Aisyah yang lugu, dan maaf, tidak paham sehingga dengan uang US$ 100 dolar Siti pun mau disuruh apa pun," kata Harits.

Untuk itu, tidak ada alasan lain bagi pemerintah Indonesia untuk tidak membantu Aisyah. Menurutnya, pemerintah harus bisa meyakinkan pihak terkait kalau Aisyah benar-benar menjadi korban.

"Semoga pemerintah Indonesia bisa mengadvokasi secara maksimal nasib Siti Aisyah di Malaysia. Dan ini juga menjadi pelajaran penting bagi WNI yang mengais dolar di negara asing agar waspada dan tidak mudah terjebak pada kasus yang serupa," katanya. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya