Napi Bisa Bebas Pelesiran, Siapa yang Salah?

Ilustrasi Lapas
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Novrian Arbi

VIVA.co.id – Kedisiplinan petugas dalam mengawal narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin Bandung Jawa Barat, dinilai lemah.

Tuding Pj Gubernur Jawa Barat Tidak Netral saat Pemilu 2024, Hakim MK: Tak Ada Saksinya

Kelemahan itu, terbukti setelah Kementerian Hukum dan HAM Kanwil Provinsi Jawa Barat menginvestigasi temuan adanya narapidana Sukamiskin yang 'bertamasya' dengan bebas tanpa pengawalan.

"Titik lemahnya di pengawalan, ke depan kita tingkatkan kedisiplinan pengawalan ini, pemantauan lebih dioptimalkan. Ada penyuluhan terhadap petugas," ujar Kepala Divisi Pemasyarakatan KemenkumHAM Jawa Barat, Molyanto di Lapas Klas I Sukamiskin Kota Bandung, Kamis, 9 Februari 2017.

Warga Dikejutkan Penemuan Mayat Bayi Laki-laki di Kali Cikeas

Ia menegaskan, prosedur perizinan keluar tahanan di Lapas Sukamiskin diberlakukan dengan ketat melalui jalur pengamatan dan verifikasi maksimal tiga hari.

Molyanto menilai, fenomena pelesiran napi di Sukamiskin bukan pertama kali terjadi. Bahkan, kejadian ini menjadi konsumsi masyarakat.

Bayar Pajak Kendaraan Sekarang Dapat Diskon

Menurutnya, Lapas Sukamiskin menjadi perhatian karena penghuninya berlatar belakang berbeda dibandingkan tahanan biasa.

Mulai dari mantan Gubernur, Bupati, Wali Kota hingga Menteri serta petinggi Partai bermalam di Lapas buatan jaman Belanda itu.

"Sebenarnya bukan salah (sistemnya). Ini karena penghuni Lapas luar biasa. Tahu sendirilah ada mantan Menteri, mantan Gubernur. sistem sendiri membolehkan (pengeluaran), izin berobat dan izin luar biasa (wali nikah dan urusan perdata)," katanya.

Fasilitas mewah

Selain pelesiran, fasilitas seperti saung, taman Soekarno, disebut-sebut sebagai tempat ekslusif yang hanya diperuntukkan untuk narapidana saat dikunjungi.

Molyanto mengaku tidak ada yang mewah dari penyediaan fasilitas tersebut. Menurutnya, saung didirikan dengan tujuan sebagai tempat berkunjung keluarga narapidana.

"Saung itu sebenarnya awalnya dibangun untuk mengatasi kepadatan kunjungan. Lapas ini berbeda dengan yang lain, satu narapidana bisa dikunjungi 20 sampai 25 orang," katanya.

Menurutnya, jumlah tersebut tidak bisa dipungkiri mengingat hampir kebanyakan penghuni Lapas Sukamiskin mempunyai latar belakang karir yang berhubungan dengan banyak orang dan kolega sejawatnya.

"Malahan mantan orang besar, keluarganya banyak, mitranya juga banyak. Jadi Lapas ini mencoba memberi kebijakan untuk menerima kunjungan banyak ini," katanya.

Oleh karena itu, saung tersebut ditetapkan sebagai tempat besuk seluruh narapidana. "Kalapas beberapa tahun lalu membuat saung ini untuk mengatasi tempat besukan yang kurang memadai," ujarnya berdalih.

Molyanto membantah fasilitas salon dan spa bagi narapidana beroperasi di Lapas Sukamiskin. "Gak ada (fasilitas salon dan spa), paling-paling saung ini yang diisukan tempat mewah, sebenarnya juga tempat biasa saja," ujarnya. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya