NU Bentuk NUtizen untuk Cegah Remaja dari Radikalisme

Sekretaris Jenderal NU, Helmy Faisal Zaini (tengah-mengenakan kemeja batik), mengenalkan NUtizen di kantor NU Jatim, Surabaya, pada Minggu, 29 Januari 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA.co.id - Komunitas media sosial bernama NUtizen tengah fokus ‘memelototi’ Instagram. Pasalnya, Instagram gencar dijamah kelompok radikal untuk menyebarkan paham-pahamnya. Di sisi lain, Instagram digemari kaum remaja sehingga mereka dalam ancaman.

Heru Budi Bakal Tingkatkan Pengawasan Buntut Kasatpel Numpang Mobil Dishub ke Puncak

Analisis itu buah dari pertemuan anggota Kopi Darat NUtizen se-Jawa Timur di kantor Nahdlatul Ulama (NU) Jatim Jalan Masjid Al Akbar Surabaya pada Minggu, 29 Januari 2017. NUtizen adalah kader-kader NU yang memiliki keterampilan di bidang teknologi informasi dan aktif di media sosial.

"NUtizen ini amanat dari NU agar menjauhkan hoax dan ujaran kebencian yang memperkeruh NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Sudah ada kesepakatan bahwa Pancasila sudah final. Inilah yang kita counter. Makanya sekarang adakan Kopdar (kopi darat) se-Jatim, didatangi langsung Sekjen NU, Helmy Faisal," kata Ketua Bidang Infokom Ansor Jatim, Mohammad Nur Arifin.

Keluarga Tegaskan Lettu Agam Tak Pernah Lakukan Kekerasan Fisik ke Istrinya

Wakil Bupati Trenggalek itu menjelaskan, dalam forum, anggota NUtizen diarahkan untuk fokus berselancar di Instagram karena digemari banyak remaja. Selama ini, NUtizen lebih banyak mengawasi sebaran informasi di Facebook dan Twitter. "Sekarang netizen di Instagram juga gencar disasar kelompok radikal," kata Arifin.

Sekretaris Jenderal NU, Helmy Faisal Zaini, menjelaskan NUtizen dibentuk dua bulan lalu sebagai respons atas kian liarnya informasi palsu serta ujaran kebencian di media sosial. Pertemuan para Nutizen sudah dilaksanakan sebelumnya di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. "Sekarang di Jatim," katanya.

Detik-detik Pengemudi Zenix Lawan Arah di BSD, Diingatkan Malah Marah

Dua bulan berjalan, kata Faisal, NUtizen menemukan betapa dampak informasi palsu berisi ujaran kebencian dan radikalisme cepat menyebar dan dikonsumsi masyarakat di perkampungan. Mereka menelan mentah-mentah informasi yang belum tentu benar. "Ini berbahaya," ujarnya.

NUtizen dikoordinasikan bidang informasi dan komunikasi Ansor dan di bawah arahan pimpinan pusat NU. Tiga hal dilakukan, yakni mengawasi dan menjaring konten media sosial, mengklarifikasi atau tabayun ujaran kebencian dan hoax, dan advokasi. "Kalau sudah tidak bisa ditoleransi, penyebar ujaran kebencian dan hoax di media sosial kami laporkan ke polisi," katanya.

NUtizen juga menganalisis portal-portal media online dan grup media sosial yang berbau radikal. Faisal mengaku sudah mencatat sejumlah portal media online terindikasi radikal, tetapi enggan menyebutkan. "Kalau indikasinya kuat, kami laporkan portal dan media sosial radikal itu dan meminta pemerintah membekukan," ujar mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya