Meroketnya Harga Cabai Tak Berlaku di Komunitas Ibu-ibu Ini

Ilustrasi tanaman.
Sumber :
  • VIVA/Daru Waskita

VIVA.co.id – Tingginya harga cabai di pasaran yang menembus harga di atas Rp100 ribu/kg tentu membuat pusing banyak ibu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga. Namun, hal itu tidak berlaku bagi ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Lestari.

Sehari, 8 Warga Isoman di Yogyakarta Meninggal Dunia

Mereka memenuhi kebutuhan cabainya secara gratis karena menyiapkan kebun yang ditanami sayuran, dan hasilnya bisa dipetik untuk kebutuhan sehari-hari.

Kebun sayur mayur yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Lestari berada di Pedukuhan Depok Gandekan, Desa Bantul, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Di kebun tersebut ditanami sekitar 200 batang pohon cabai yang setiap hari bisa dipanen, disamping tanaman sayur lainnya.

May Day di Yogya Ricuh, Lima Mahasiswa Diamankan Polisi

"Jadi kalau butuh cabai buat masak, kita tinggal petik saja," ungkap Retno Kuntarini, Ketua KWT Lestari, Kamis 12 Januari 2017.

Retno menjelaskan sejak tahun 2008 yang lalu kelompok wanita tani ini sudah terbentuk. Sebelum akhirnya memiliki kebun sayur bersama, anggota kelompok wanita tani ini diberikan sejumlah pelatihan budidaya maupun materi teknik berkebun.

Menikmati Liburan Akhir Pekan di Pantai Indrayanti Yogyakarta

Sehingga tak heran ketika melihat kebun sayur dengan luas 200 meter pesergi yang mereka kembangkan ini cukup produktif. "Kita baru mulai berkebun dua tahun yang lalu," jelas Retno.

Sejak harga cabai meroket di pasaran, Retno mengakui tanaman cabai yang ditanam di kebun sayur ini sudah bisa panen hingga tiga kali. Cabai hasil panen tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya, tapi juga bisa dijual ke pedagang sayur.

Sementara hasil penjualannya digunakan untuk biaya perawatan seluruh tanaman sayur di kebun tersebut. Menurut Retno, selama ini tidak ada uang yang dikeluarkan oleh para anggota untuk perawatan tanaman, seluruh biayanya diambilkan dari hasil penjualan.

"Jadi teman-teman ini tidak keluar uang tapi malah tercukupi kebutuhan sayurnya," ujar Retno.

Gantian Rawat Kebun

Meski tidak perlu merogoh kocek, ibu-ibu ini setiap hari harus menyambangi kebunnya untuk merawat tanaman sayur. Seluruh anggota kelompok diwajibkan untuk merawat sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat.

Kurnia Iswandari, salah seorang anggota KWT Lestari, mengungkapka dalam satu hari ada lima anggota kelompok yang bertugas merawat kebun. "Menyiram, ngasih pupuk, dan perawatan lain. Nah kalau sudah selesai mereka biasanya akan ambil cabai atau sayur lain untuk dibawa pulang," ucapnya.

Selain cabai, kelompok wanita tani ini juga menanam sayuran seperti pare, terong, kacang panjang, dan aneka bumbu rempah. Beberapa pohon pisang juga terlihat subur di tepi kebun sayur KWT Lestari. Kurnia mengaku sangat terbantu dengan adanya kebun bersama tersebut. Ia mengaku tak lagi dipusingkan dengan harga pasar yang tak menentu.

"Selain di kebun kelompok ini, saya juga tanam lombok di rumah tapi hanya beberapa. Kan disini saya belajar nanam jadi saya praktek di rumah," ujar Kurnia.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya