Dwi Estiningsih: Kalau Masalah Toleransi, Jangan Ajari Saya

Hate speech atau ujaran kebencian
Sumber :

VIVA.co.id - Dwi Estiningsih, wanita yang diprotes publik internet karena ujarannya yang dianggap menyinggung unsur kebencian suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), menanggapi santai pengaduan terhadapnya kepada polisi. Dia mengaku belum menerima surat panggilan untuk pemeriksaan.

Sosok Ini yang Membuat Adik KH Agus Salim Tertarik Masuk Katolik

Estiningsih berkukuh merasa tak ada yang salah dengan ujarannya tentang gambar pahlawan nasional pada uang rupiah baru. Dia juga menepis protes sebagian kalangan yang tak menghargai toleransi antarumat beragama.

"Kalau masalah toleransi, jangan ajari saya. Bu Dhe (bibi), Pak Dhe (paman) nonmuslim. Keluarga ibu saya Chinese (Tionghoa). Begitu pula keluarga suami saya. Jadi, batas-batas toleransi, saya tahu betul," katanya saat dihubungi VIVA.co.id pada Jumat, 23 Desember 2016.

Kisah Chalid Salim, Adik KH Agus Salim yang Memilih Agama Katolik

Dia menjelaskan lebih rinci tentang ujarannya pada akun Twitter-nya, @estiningsihdwi, yang menyebut “… Dari ratusan pahlawan, terpilih 5 dari 11 adalah pahlawan kafir.” Indonesia, katanya, negeri dengan penduduk mayoritas muslim tetapi tak menunjukkan jati diri keislamannya.

Luar biasa negeri yg mayoritas Islam ini.
Dari ratusan pahlawan, terpilih 5 dari 11 adalah pahlawan kafir.#lelah https://t.co/gJt7RIUWNr

Viral! Demi Uang Baru untuk Lebaran, Warga Cikampek Rela Letakkan Sandal untuk Dapat Antrean

— Dwi Estiningsih (@estiningsihdwi) December 20, 2016
Dia mencontohkan pemilihan gambar lima di antara sebelas pahlawan nasional yang tidak beragama Islam dalam uang baru rupiah. Itu, katanya, semacam tidak memiliki uang padahal digenggam setiap hari.

"Seakan tidak merasa, tidak memiliki, padahal setiap hari uang dipegang. Asas keadilan itu, lho. Kalau mau toleransi, jangan tebang pilih," ujarnya. "Kadang orang melihat bukan masalah, namun itu masalah.”

Estiningsih menolak menghapus kicauannya itu di Twitter meski diprotes banyak orang. Begitu juga komentar orang-orang atas kicauannya. "Ini komitmen saya sendiri. Saya tidak pernah menghapus twit. Saya tidak pernah menghapus komen orang, dan saya tidak pernah nge-blok," katanya.

Dia bahkan menganggap protes atau bullying banyak orang di media sosial itu sebagai bentuk perhatian kepadanya. Dia hanya meminta maaf tak sempat membaca atau menanggapi semua protes itu.

Sebaliknya, setelah dilaporkan ke polisi karena ujaran di Twitter itu, dia mengaku malah mendapat dukungan dari kerabat dan tetangga. "Rasanya saya tenteram dan terharu atas dukungan dari warga," katanya.

(ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya