Warga Pidie Jaya Lebih Takut Gempa 2016 Dibanding 2004

Sabitah (kanan) bersama keluarganya menyaksikan dampak kerusakan gempa bumi di Pidie Jaya Aceh, Minggu (11/12/2016). Bagi warga di Pidie, gempa tahun ini lebih menakutkan dibanding tahun 2004.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zulfikar Husein

VIVA.co.id – Sabitah sibuk membersihkan halaman rumahnya dari puing-puing bangunan yang baru dilanda gempa bumi pada Rabu, 7 Desember 2016. Bangunan dua lantai miliknya yang berada di sisi kanan rumahnya telah rata dengan tanah.

BMKG Sebut Erupsi Gunung Ruang di Sulut Berpotensi Tsunami: Ada Catatan Sejarahnya

Dibantu suaminya Usman Ismail dan anak-anaknya, ia melakukan apa yang bisa untuk membersihkan puing-puing reruntuhan. Sembari menunggu mobil alat berat datang membantu menyingkirkan sisa gempa tersebut.

Kepada VIVA.co.id, Sabitah menceritakan perbedaan gempa yang terjadi saat 2004 silam dengan gempa yang terjadi beberapa hari lalu. Katanya, gempa yang memporak-porandakan Pidie Jaya dan Bireuen lebih menakutkan dibanding gempa 2004 silam.

Gunung Ruang Erupsi, Pemkab Sitaro Tetapkan Tanggap Darurat Selama 14 Hari

"Beda sama (gempa) 2004, dulu waktu tahun 2004 itu pas lagi gempa saya enggak nangis, gempa ini saya menangis besar-besar," ujar Sabitah.

Menurutnya, perbedaan gempa ada pada guncangannya. Katanya, gempa 2004 silam gucangannya begerak horizontal atau mendatar. Sementara gempa 7 Desember, bergerak menyerupai garis vertikal atau tegak lurus dari bawah ke atas.

Badan Geologi: Potensi Tsunami Akibat Gunung Ruang Bisa Setinggi 25 Meter

"Saya pas gempa kemarin lagi mengayunkan cucu, ayunannya pakai ayunan berdiri itu jadi lari-lari karena gempa saya pegang kuat-kuat. Gempanya kita mau bangun enggak bisa, mau lari juga enggak bisa. Anak saya sampai tiga kali jatuh pas mau bangun lagi gempa," katanya.

Sementara itu, akibat gempa kemarin, sebuah toko lantai dua miliknya roboh dan menimpa sebuah mobil yang juga miliknya. Selama ini, katanya, toko itu digunakan untuk berjualan hasil bumi seperti gabah dan sebagainya.

Sabitah menambahkan, seandainya usai gempa pemerintah mau mendirikan museum, ia bersedia menyumbangkan mobil miliknya yang telah hancur ditimpa runtuhan. “Kalau ada yang mau buat museum, saya sumbang mobil saya, kalau tidak saya jual nantinya,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya