Penyebab Banyak Muncul Media Lokal Baru Jelang Pilkada

Ilustrasi/Penyelenggaraan pilkada serentak 2018
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – Media massa lokal baru banyak bermunculan menjelang dilangsungkannya Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia. Media yang muncul biasanya berjenis koran, radio dan juga televisi.

Demokrat Lawan Keluarga Ratu Atut di Pilkada Banten

Namun, hadirnya media-media baru itu, diduga memiliki tujuan bukan untuk menjadi alternatif penyaji informasi bagi masyarakat, melainkan hanya untuk memberikan dukungan kepada calon tertentu yang maju di Pilkada. 

Wartawan senior Indonesia, Uni Zulfiani Lubis, mengatakan bahwa fenomena ini terjadi karena beberapa hal. Yang utama, kata dia, karena keterjangkauan akses atau penetrasi internet di negeri ini, yang ternyata masih rendah dan belum merata. 

Persentase pengguna internet masih kecil dan lebih banyak terpusat di daerah perkotaan saja. "Di Indonesia ini kan penetrasi internet itu baru 22 persen. Kita di region ini cuma menang dari Myanmar. Jadi masih ada 78 persen yang belum mendapat akses internet," ujar Uni dalam diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 10 Desember 2016. 

Semua Petugas KPPS Pilkada 2020 Akan Jalani Rapid Test

Karena itu, menurut mantan anggota dewan pers tersebut, sampai saat ini, media lokal konvensional, utamanya koran masih banyak muncul di sejumlah daerah. Apalagi dalam kaitan perpolitikan.

"Mungkin kalau di level nasional sulit menyaingi yang sudah besar, tapi di daerah kaitan politik peran dari media-media lokal, koran lokal, radio dan televisi lokal itu masih besar. Karena penetrasi internet yang belum merata tadi," ujarnya. 

Pemilu Serentak 2024 Kemungkinan Ditunda

Sementara itu, menurut Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ibnu Hamad, media sosial sangat besar manfaatnya bagi masyarakat Indonesia. Sebab kultur masyarakat Tanah Air yang doyan bercerita menjadi tersalurkan. 

"Media sosial adalah media yang membuat kita semua bersosialisasi. Jadi media sosial itu adalah media ngobrol, Begitulah kira-kira bahasa sehari-hari. Lalu manfaatnya besar enggak untuk bangsa kita? Bangsa kita itu bangsa lisan, bangsa tukang cerita. Cocok jadinya," kata Ibnu. 

Apalagi kata Ibnu, berdasar survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)? pada bulan Oktober 2016, penetrasi internet atau penyebaran akses internet di Indonesia sudah semakin masif. Dari 256,2 juta penduduk Indonesia, sekitar 132,7 juta orang telah menggunakan internet. "Jadi penetrasinya sudah 51,8 persen datanya," kata Ibnu.  

Pengguna terbanyak, menurut Ibnu, masih terdapat di Pulau Jawa. Dengan kisaran pengguna sekitar 80,6 juta orang atau 65 persen. Kemudian di Sumatera sekitar 15,7 persen atau 20 juta-an orang dan di daerah timur seperti Maluku dan Papua itu sudah menembus angka 2,5 persen atau sekitar 3,3 juta-an orang pengguna internetnya. 

"Jadi secara keseluruhan di Tanah Air telah memakai internet dan bermedia sosial, walau masih ada juga yang blank-spot dan sebagainya. Ini adalah kabar baik tentu dari segi aksesnya. Tapi belum dari segi konten, UU ITE, politiknya karena media sosial bisa jadi pisau bermata dua," ujarnya. 
 

Mendagri ?Tito Karnavian di Medan, Sumut, Jumat, 3 Juli 2020.

Pilkada Serentak di Sumut, Mendagri: Semua Siap

Pilkada serentak ini harus mengikuti protokol kesehatan.

img_title
VIVA.co.id
3 Juli 2020