Inilah Para Tokoh Pejuang Perdagangan Orang di Indonesia

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise (Mama Yo)
Sumber :

VIVA.co.id – Hari pertama sosialisasi 3Ends akan digelar dua hari lagi di Kota Bandung. Seperti yang kita ketahui bahwa, 3Ends sendiri merupakan program dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) yang bertujuan untuk upaya mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, mengakhiri perdagangan orang dan mengakhiri ketidakadilan akses ekonomi untuk perempuan.

Komnas Anak Anggap Herry Si Cabul Pantas Dihukum Mati

Pada tanggal 19 November 2016 nanti akan dihadiri juga oleh tokoh inspiratif dan korban trafficking yang mempunyai beberapa pengalaman terkait nilai-nilai 3Ends sendiri.

Salah satu tokoh inspiratif yang cukup giat dan peduli terhadap korban kekerasan wanita dan anak-anak adalah drg. H. Heru Purwanto, MARS selaku Direktur RS. Gunung Jati, Cirebon.

Ini Bentuk Apresiasi Untuk Para Pelindung Anak di Indonesia

“Saat ini sudah ada 102 kasus kekerasan terhadap anak dan 15 perempuan sejak tahun 2014 lalu. Tahun dimana saya mencetuskan bersama teman-teman satu profesi untuk mendirikan Pusat Pelayanan Terpadu Korban KDRT,” ujarnya.

drg. Heru juga menambahkan bahwa, masih banyak di luar sana terutama wanita yang belum berani untuk melaporkan tindak kekerasan yang dialaminya.

Kasus Pelecehan Siswa, Pemilik Sekolah di Batu Segera Diperiksa

“Masyarakat harus berani untuk terbuka apabila mereka menjadi korban KDRT. Orangtua juga merupakan hal terpenting dalam pengasuhan seorang anak dari lingkungan pergaulan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” katanya.

Selain drg. Heru, ada sosok inspiratif lainnya yaitu Ibu Mimih yang juga merupakan korban perdagangan orang. Berlatar belakang ekonomi dan kebutuhan yang semakin meningkat membuat dirinya sempat menjadi korban perdagangan orang.

“Dulu saya tergiur dengan iming-iming uang banyak karena mau menikahi anak saya, ditambah suami saya tidak bekerja,” ujarnya.

Ibu Mimih sendiri menjadi korban perdagangan orang pada tahun 2010 silam dan sudah sempat dibawa ke Pontianak. Namun, beliau berhasil lolos bersama 51 perempuan lainnya.

“Saya disana paling tua dan berhasil membawa semuanya kabur dari rumah. Awalnya saya merasa mulai ada keanehan karena tidak dikasih makan, jadi kita cari makan sendiri. Selagi penjaga rumah lenggang, maka saat itu saya bawa saja semuanya satu per satu,” ujarnya.

Lebih lanjut Ibu Mimih sangat bersyukur ada sosialisasi 3Ends yang dilakukan oleh KPPPA walaupun sindikat perdagangan orang masih banyak dan bersembunyi di luaran sana.

“Untuk perempuan di luar sana, jangan mudah terkecoh dengan iming-iming uang dan dipekerjakan di luar negeri kalau tidak jelas,” katanya.  (webtorial)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya