Pola Kejahatan Ini Jadi Fokus Interpol

Pembukaan sidang umum Interpol di Pulau Bali yang dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA.co.id – Ada beberapa catatan yang sudah disepakati pada hari pertama sidang umum Interpol, atau International Criminal Police Commision ke-85 di Bali Nusa Dua Convetion Center, Senin 7 November 2016.

3 Ways to Anticipate Cyber Crime Threats

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan, catatan itu di antaranya, yaitu para anggota Interpol untuk berbagi data informasi.

Serta, kesepakatan itu dituangkan dalam data geometrik untuk menjadi pedoman bagi para anggota untuk mengidentifikasi ancaman potensial.

Asri Welas Ungkap Pernah Jadi Korban Pembobolan Rekening, Saldo Dikuras Sampai 0 Rupiah

"Jadi, berbagai informasi menjadi catatan penting bagi peserta untuk bisa disampaikan dan menjadi kesepakatan," kata Martinus di Bali.

Kata Martinus, kesepakatan berikutnya perlu deteksi investigasi, pencegahan, dan kelompok pelaku kejahatan terorganisir yang berpotensi untuk meningkatkan acaman berbagai modus operandi kejahatan cyber (dunia maya).

BNI Ajak Nasabah Terapkan 6 Langkah Jitu Hindari Kejahatan Siber saat Transaksi

"Jadi, kejahatan cyber akan menjadi satu topik tersendiri bagi para negara peserta lebih banyak lagi untuk kita mengetahui dunia maya, yang tidak diketahui di mana tempat tinggalnya," katanya.

Kemudian, disepakati pula tidak ada satu pun negara, atau pun kawasan aman dari ancaman kejahatan transnasional crime di dunia.

"Di sinilah peran Interpol untuk menyajikan peran informasi penting dari 190 negara anggota dan diperlukan kerja sama yang baik," tuturnya.

Agenda sidang pertama ini, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Tito Karnavian menjadi pemberi materi, terkait soal kejahatan terorisme yang menjadi musuh bersama.

Terorisme merupakan kejahatan yang terorganisir, dan dari cyber Interpol merupakan mitra penting dalam menghadapi serangan ini.

"Artinya, ada kerja sama dalam menghentikan kasus terorisme supaya tidak berkembang lebih besar," katanya.

Kemudian, kata Martinus, sudah ada tiga negara yang melakukan kerja sama bilateral di antaranya, Australia, China, dan Timor Leste.

"Tadi juga ada penandatanganan MoU (nota kesepahaman) terkait transnasional crime (kejahatan transnasional) dan capacity building (peningkatan kapasitas) dengan Timor Leste," tutur Martinus. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya