Kapolda Jatim Imbau Warga Tak Usah Ikut Demo ke Jakarta

Kepala Polda Jawa Timur, Inspektur Jenderal Polisi Anton Setiadji.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA.co.id - Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur, Inspektur Jenderal Polisi Anton Setiadji, meminta warga setempat tidak terpengaruh ajakan demonstrasi di Jakarta pada Jumat, 4 November 2016. Demonstrasi massal itu akan mendesak pemerintah untuk segera menindak calon petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, karena diduga menista agama Islam dan al-Quran.

6 Perguruan Pencak Silat Indonesia Tersebar di Dunia, Ada Muhammadiyah

Namun, Kapolda mengungkapkan bahwa kasus itu sedang diusut oleh polisi. Maka, masyarakat Jawa Timur tidak perlu lagi jauh-jauh ke Jakarta untuk ikut berdemo.

"Masyarakat Jawa Timur harus memcermati demo 4 November itu tujuannya apa. Yang diminta saudara kita (Ahok) disidik, sudah disidik. Proses penyidikannya, kan, memang lama," kata Anton di sela peresmian Gedung Pelayanan Terpadu Berbasis Informasi Teknologi Markas Kepolisian Resor Kediri, Jawa Timur, pada Selasa, 1 November 2016.

Menteri Muhadjir: Idul Fitri Tahun Ini Hampir Bisa Dipastikan Jatuh pada 10 April

Jika ikut prihatin dan tersinggung dengan penistaan agama yang dituduhkan ke Ahok oleh sebagian kelompok mengatasnamakan organisasi massa Islam, menurut Anton, warga Jatim hanya cukup memantau. "Tidak usah ikut-ikut ke sana (Jakarta berdemo). Kita jaga wilayah Jawa Timur saja agar aman dan kondusif," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jatim, Komisaris Besar Polisi RP Argo Yuwono, menuturkan bahwa Polda mengirimkam dua kompi personel Brigade Mobile (Brimob) untuk diperbantukan pengamanan demonstrasi 4 November di Jakarta. "Sekitar dua ratus lebih personel Brimob Polda Jatim sudah berangkat ke Jakarta Jumat kemarin," katanya.

Muhammadiyah Dorong MK Bekerja Lebih Profesional Adili Sengketa Pemilu

Demo 4 November heboh sebelum terjadi karena prediksi jumlah massa pengunjuk rasa yang disebut berjumlah banyak. Selain itu, isu yang disuarakan berbau SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) dan menyerempet dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.

Presiden Joko Widodo dikabarkan mengundang tokoh ormas besar di Indonesia, di antaranya Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, untuk meredam suasana panas terkait demo. NU dan Muhammadiyah secara kelembagaan tidak tergabung di aksi itu.

Ketua Umum NU, Said Aqil Siroj, melarang warganya ikut berdemo pada 4 November nanti. Dia juga melarang pendemo membawa atribut NU. "NU didirikan para kiai bukan untuk demonstrasi, tapi untuk pendidikan, kerakyatan, dan kemasyarakatan," katanya.

Presiden Jokowi juga bertemu rival politiknya semasa Pemilu Presiden tahun 2014, Prabowo Subianto, untuk meredam suhu panas politik nasional, terutama menjelang Pilkada DKI Jakarta. Pertemuan dua pemimpin bangsa itu disebut sebagai kode agar masyarakat lebih mengutamakan perdamaian.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya