Mensos Kisahkan Penghafal Alquran Jadi Pekerja Seks

KH Hasyim Muzadi (tengah putih) dan Mensos Khofifah Indar Parawansa (paling kiri) di acara Hari Santri Nasional di Pendapa Kabupaten Tulungagung pada Sabtu malam, 22 Oktober 2016.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA.co.id – Kisah miris perempuan penghafal Alquran ini diceritakan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa saat berceramah di acara Hari Santri Nasional di Pendapa Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, pada Sabtu malam, 22 Oktober 2016. Menceritakan kisah mengenai perempuan penghafal Alquran yang akhirnya menjadi pekerja seks komersial. 

Pendeta Gilbert Olok-olok Salat dan Zakat, PBNU: Kami Umat Islam Diajarkan untuk Menahan Emosi

Kisah ini sengaja dia ungkit, sebagai bahan evaluasi agar pesantren memainkan peran strategisnya dalam kehidupan sosial yang dinamis.

Suatu waktu, Menteri Khofifah mengunjungi sebuah lokalisasi di salah satu daerah di luar Jawa. Lokalisasi ini merupakan satu diantara 63 tempat yang akan ditutup pemerintah setempat, sehingga mantan pekerja harus dipulangkan ke daerah asal mereka.

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor yang Jadi Tersangka Korupsi Pemotongan Insentif

"Saya pernah ke sebuah lokalisasi setelah membaca berita di koran, ada juara TPQ hafal Alquran 15 juz, ternyata dia di lokalisasi. Saya datangi ke kamarnya," kata Khofifah memulai cerita.

"Saya tanya kenapa bisa begini? Saya tanya dari mana asalnya? Jawa Timur. Saya tanya dulu mondok dimana? Di Jombang jawabnya," lanjut Ketua Umum Muslimat PP Nahdlatul Ulama itu.

Airlangga Tugaskan RK Maju Pilkada Jakarta, Bobby di Sumut dan Khofifah Jatim

Setelah ditanya lebih dalam, awalnya perempuan itu dinikahkan paksa kedua orang tuanya ketika masih kelas dua SMP. "Oleh ayahnya dikawinkan dengan orang Jakarta. Sampai di Jakarta ternyata dia jadi istri kedua. Diperlakukan seperti budak oleh suaminya," ucapnya.

Tak tahan diperlakukan demikian, perempuan itu melarikan diri naik kapal menuju Balikpapan. "Di atas kapal, dia diperkosa tujuh anak buah kapal. Sesampai di Balikpapan langsung dimasukkan ke lokalisasi," ungkapnya.

Enam bulan terkekang di lokalisasi, perempuan itu berhasil melarikan diri. "Tapi tertangkap lagi oleh muncikarinya, lalu dimasukkan ke lokalisasi," kata Khofifah.

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan era Presiden Abdurrahman Wahid itu kemudian menjelaskan, maksud dia mengungkapkan kisah sedih perempuan penghafal Alquran itu sebagai bahan evaluasi pesantren dan Nahdlatul Ulama, agar merumuskan format baru dakwah secara strategis.

"Karena anak (korban) ini sebetulnya awalnya sudah benar. Dia mondok, itu sudah benar. Tapi pada perjalanannya harus menemui kenyataan yang tidak diinginkan. Saya kira itu bagian dari korban perdagangan manusia. Ini problem," tegasnya.

Menurut Khofifah, ke depan pesantren dan NU harus memasukkan peran strategis ke dalam dakwah, seperti pemberdayaan ekonomi masyarakat atau dakwah bil-maal. "Jangan hanya bisa membuat santri pintar salawat saja," ujarnya.

Sementara mantan Ketua Umum PBNU, Hasyim Muzadi, yang turut hadir di acara ini, menyampaikan nilai sejarah Resolusi Jihad yang dikeluarkan pendiri NU, KH Hasyim Asyari. Resolusi ini dikeluarkan sebagai pengobar semangat melawan penjajah. "Tanpa peran kiai, semangat rakyat melawan penjajah kala itu sulit dikobarkan," katanya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya