Wiranto Bicara Kerusuhan 1998 di Hadapan Ribuan Santri

Wiranto
Sumber :
  • Istimewa

VIVA.co.id – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto, menghadiri peringatan Hari Santri Nasional di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat 21 Oktober 2016.

15.000 Santri Tangerang Kibarkan Bendera Palestina Serukan Perlindungan

Wiranto yang diberi kesempatan untuk menyampaikan kata sambutan sempat menyinggung perihal kasus kerusuhan Mei 1998 di hadapan ribuan santri.

Menurutnya, para petinggi negara pada waktu itu harus cepat dan tepat dalam mengambil keputusan. Untuk mengamankan Indonesia dari kehancuran akibat hilangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintahan Presiden Soeharto.

UIN Bandung Gelar Malam Puncak Hari Santri 2023: Bukti Jihad Santri, Jayakan Negeri

"Menghadapi keadaan yang rusuh waktu itu disebut dengan national disorder. Jadi banyak undang-undang yang tidak ditaati, kisruh. Kalau salah mengambil keputusan, negeri ini hancur lebur seperti Mesir, Irak, Suriah, Libya," kata dia.

Wiranto yang kala itu menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI (Menhankam Pangab) menggelar pertemuan dengan ulama dan tokoh masyarakat seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk mencari solusi.

Selepet Anies Pakai Sarung Sampai Kesakitan, Cak Imin: Mumpung Belum jadi Presiden

"Saya mengamankan keadaan ini, tidak mengambil alih tapi mengamankan. Supaya mengantarkan pergantian (kekuasaan) ini dengan baik, selamat dan tidak banyak korban waktu itu," ujarnya.

Dia mengaku banyak dibantu oleh sosok Gus Dur dalam mengatasi keadaan. Gus Dur yang memutuskan berada di belakang sikap ABRI sangat membantu pemerintah dalam mengamankan masyarakat dari kerusuhan yang lebih besar.

"Artinya jiwa patriotisme yang ditunjukkan Hasyim Ashari ada pada Gus Dur, dan itu yang membuat saya tenang di belakang saya ada Nahdliyin. Negeri ini tetap utuh tidak pecah, alhamdulillah dan itu kemudian pengantar rezim Reformasi sampai sekarang ini," ungkap dia.

Meski begitu, mantan ketua umum Partai Hanura tersebut menyatakan bahwa perjuangan bangsa belum lah selesai dan masih harus diteruskan. Kemerdekaan yang dititipkan para founding father belum dianggap tuntas jika masih banyak masyarakat hidup dalam kemiskinan.

Sebagaimana harapan pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Ashari yang menginginkan kemerdekaan dan kemakmuran bangsa Indonesia. "Kita ini ketitipan warisan Hasyim Ashari, warisan kemerdekaan dan mimpi bangsa Indonesia adil dan makmur. Biasanya kalau kita mendapatkan warisan tidak perlu dihabiskan tapi dipelihara, dikembangkan untuk anak cucu kita," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya