Kementerian Perhubungan Akui Bandara Ilaga Kurang Laik

Pesawat terbang milik PT Asian One terjungkal setelah mendarat di Bandara Ilaga di Kabupaten Puncak, Papua, pada Kamis pagi, 13 Oktober 2016.
Sumber :
  • IST

VIVA.co.id - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengakui, Bandara Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua, kurang laik sehingga rawan kecelakaan. Peristiwa termutakhir ialah pesawat jenis Grand Caravan PK-LTV milik PT Asian One yang tergelincir hingga terjungkal di ujung landasan pacu pada Kamis pagi, 13 Oktober 2016.

Freeport Indonesia Setor Rp 3,35 Triliun Bagian Daerah dari Keuntungan Bersih 2023

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, bahkan berterus terang tentang kondisi Bandara Ilaga, terutama landasan pacu (runway). Dia melihat langsung kondisi Bandara saat kunjungan kerja pada 22 September 2016.

"Saya melihat sendiri kondisi runway masih kurang panjang dan ini jadi concern (perhatian) Kemenhub untuk segera dibangun," katanya, sebagaimana dikutip dari siaran pers Kementerian Perhubungan yang diterima VIVA.co.id pada Kamis.

PYCH Binaan BIN Buat Kegiatan Rutin di Papua: Pengembangan Wisata hingga Usaha

Menurut catatan Kemenhub, landasan pacu bandara itu hanya sepanjang 600 meter dan lebar 18 meter dengan apron 40. Sedangkan terminal bandara seluas 120 meter persegi. Namun bandara itu telah dilengkapi fasilitas listrik seperti solar cell dan genset 5 KVA serta fasilitas keamanan penerbangan, yaitu alat pendeteksi logam alias metal detector.

Menteri Budi menyatakan mendukung penuh pengembangan Bandara Ilaga. Kemenhub juga telah memberikan izin pengoperasian pesawat yang dibeli Pemerintah Kabupaten Puncak dengan catatan harus dicek berkala. Pengembangan bandara itu diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat pegunungan di Kabupaten Puncak.

BMKG Temukan Ketebalan Tutupan Es di Papua Berkurang 4 Meter

Pesawat terjungkal

Siaran pers Kementerian Perhubungan itu diterbitkan menyusul pesawat jenis Grand Caravan PK-LTV milik PT Asian One yang tergelincir hingga terjungkal di ujung landasan pacu pada Kamis pagi.

Tak ada korban dalam peristiwa itu tetapi Bandara dinyatakan ditutup selama hampir 24 jam untuk proses evakuasi pesawat. Soalnya kapal terbang yang memuat bahan makanan itu menutup landasan pacu dan belum dapat dievakuasi. Sayap kiri pesawat itu bahkan mengeluarkan avtur atau bahan bakar pesawat.

Perkiraan sementara penyebab kecelakaan itu, menurut Kementerian Perhubungan, karena cuaca berkabut dan kondisi landasan pacu yang licin. Pesawat nahas itu sebenarnya sempat mendarat dengan aman namun meluncur kencang dan tak terkendali hingga terjungkal di ujung landasan pacu. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya