Ciri Aneh Korban Meninggal setelah Minum Air Dimas Kanjeng

Taat Pribadi alias Dimas Kanjeng saat digiring petugas di gedung Ditreskrimum Polda Jatim, Surabaya, pada Rabu, 28 September 2016.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA.co.id - Almarhum Kasianto, korban penipuan Taat Pribadi alias Dimas Kanjeng, meninggal dunia pada Maret 2015. Sebulan sebelumnya, dia sakit setelah meminum air pemberian Dimas Kanjeng. Ciri-cirinya saat sakit sama dengan yang dialami Najmiah, korban Dimas Kanjeng asal Makassar. Seluruh kuku tangan dan kaki korban menghitam.

Viral Wanita Ini Ngaku Ditipu Elon Musk, Uang Rp800 Miliar Melayang

Hal itu disampaikan Winu Sunarsono, kakak almarhum Kasianto, warga Surabaya, Jawa Timur, saat melaporkan Taat Pribadi ke Markas Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur pada Senin, 3 Oktober 2016. Dia melapor bersama istri korban, Gunarsih, yang terlihat sedih sehingga menolak diwawancara.

Winu menjelaskan, beberapa bulan sebelum meninggal, Kasianto terus mendesak Dimas Kanjeng agar segera mencairkan uang yang ingin digandakan ke Padepokan Dimas Kanjeng di Dusun Cengkelek, Desa Wangkal, Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

27 Korban Penipuan Investasi Rp52 Miliar Geruduk Rumah Orang Tua Pelaku di Tasikmalaya

Bergabung sejak 2012, Kasianto sudah menyetor mahar total Rp300 juta. "Kakak saya desak agar uang dicairkan," kata Winu kepada VIVA.co.id.

Pada Februari 2015, kata Winu, Kasianto mengeluh sakit dada. Itu setelah beberapa hari dia kembali dari padepokan. Menurut cerita istri korban, Kasianto meminum air pemberian Dimas Kanjeng di Padepokan.

Waspada Penipuan Kerja Paruh Waktu yang Marak di Shopee

Keluarga lalu berinisiatif memeriksakan Kasianto ke dokter. Korban didiagnosis mengalami gangguan paru-paru. Saat sakit, Winu mengatakan bahwa semua kuku Kasianto menghitam. "Kakak saya kemudian meninggal di Rumah Sakit Adihusada Surabaya pada Maret 2015," katanya.

Ciri aneh kuku menghitam Kasianto sama dengan yang dialami almarhumah Najmiah Muin, korban Dimas Kanjeng asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang bergabung dengan Padepokan Dimas Kanjeng sejak 2013. Korban dengan kerugian Rp200 miliar itu meninggal setelah sakit pada 2015.

Akbar Faizal, anggota Komisi III DPR RI, yang mendampingi anak Najmiah, Muhammad Najmur, melapor ke Polda Jatim menjelaskan, Najmiah meninggal dunia setelah sempat dirawat di rumah sakit di Singapura. Saat sakit, korban dikirimi air oleh Dimas Kanjeng agar diminum sebagai obat. "Mungkin air doa," katanya di Markas Polda Jatim, Surabaya, 30 September 2016.

Hal yang membuat curiga, kata Faizal, seusai meminum air dari Dimas Kanjeng, kuku pada tangan dan kaki Najmiah menghitam. "Kuku korban menghitam seperti melepuh setelah minum air Dimas Kanjeng," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jatim, Komisaris Besar Polisi RP Argo Yuwono, menuturkan bahwa bisa jadi penyidik mengembangkan pada ketidakwajaran korban Dimas Kanjeng yang meninggal dunia setelah minum air pemberian Taat Pribadi.

Tapi penyidik masih fokus pada kasus penipuan bermodus penggandaan uang yang disangkakan kepada Dimas Kanjeng. "Tentu penyidik akan mencari informasi atau data pada rumah sakit yang menangani korban Najmiah. Diagnosisnya apa saat korban masuk rumah sakit," ujar Argo pada Sabtu, 1 Oktober 2016.

Dimas Kanjeng dan padepokannya menjadi buah bibir setelah dia ditangkap aparat gabungan Polres Probolinggo dan Polda Jatim di Dusun Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada Kamis, 22 September 2016. 

Dia disangka mengotaki pembunuhan dua anak buahnya, Ismail Hidayat dan Abdul Gani. Selain itu, Dimas juga ditetapkan sebagai tersangka penipuan bermodus penggandaan uang. Korbannya diperkirakan puluhan ribu orang dengan total kerugian korban sekira ratusan miliar rupiah, bahkan bisa triliunan rupiah. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya