Awal Mula Penipuan Kanjeng Dimas Terungkap

Pemimpin Padepokan Kanjeng Dimas, Taat Pribadi alias Dimas Kanjeng.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Istimewa

VIVA.co.id – Istri Abdul Gani, korban pembunuhan yang diduga dilakukan Taat Pribadi alias Kanjeng Dimas, mengungkapkan alasan suaminya mau keluar dari Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi, dan melaporkan dugaan penipuan penggandaan uang di sana.

Dukun Gadungan di Langkat Ditangkap, Mengaku Bisa Gandakan Uang hingga Rp 1 Miliar

Menurut Erwin Haryati, istri Abdul Gani, suaminya itu akhirnya tahu beragam trik yang dilakukan Kanjeng untuk menggandakan uang. Tak ada kekuatan gaib yang digembar-gemborkan ikut membantu dalam proses itu.

"Kalau itu (masalah penggandaan uang) suami saya cerita, tapi itu semua ndak benar. Itu semua settingan beliau, biar santrinya yakin. Setelah yakin kan mau jadi santri. Kalau masalah jin itu sepertinya tidak ada," ujar Haryati dalam perbincangan di tvOne, Jumat, 30 September 2016.

Pasangan Suami Istri di Garut Tipu Warga dengan Modus Penggandaan Uang

Setelah mengetahui itu, suaminya berniat meninggalkan padepokan. Lantas melaporkan masalah ini ke pihak berwajib di Jakarta, agar praktik penipuan bisa dihentikan dan tak ada lagi korban berjatuhan.

Setelah melaporkan dugaan penipuan itu ke Mabes Polri, Abdul Gani langsung mendapatkan ancaman via SMS. Padahal, menurut Haryati, saat melaporkan kasus ini ke Jakarta, suaminya hanya ditemani seorang kepercayaannya saja. Tak ada orang padepokan yang diajaknya.

Kepala Labfor: Korban Dukun Mbah Slamet Telan Sianida, Meninggal dalam Waktu 5 Menit

"Kalau ancaman itu sudah ada, makanya suami saya segera lapor ke Jakarta. Kalau suami saya inginnya keluar, kalau keluar itu akan dibunuh, ada SMS-nya. Intinya jangan macam-macam sama padepokan," kata Haryati.

Kata Haryati, Abdul sudah tak mau lagi berurusan dengan padepokan, walau dia termasuk salah satu pelopor dan orang kepercayaan Taat, yang membuat padepokan itu kini memiliki banyak pengikut.

"Suami saya punya usaha sendiri, makanya ingin keluar dari padepokan itu. Sudah ada usahanya, karena ingin fokus dengan usaha kami," ucapnya.

Nahas, sesaat sebelum dipanggil ke Mabes Polri untuk memberikan keterangan, Abdul ditemukan tewas di Wonogiri pada April 2016 lalu. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya