146 Titik Api Muncul di Kalimantan

Ilustrasi kebakaran hutan.
Sumber :
  • ANTARA/Nova Wahyudi

VIVA.co.id – Satelit MODIS dengan sensor Terra Aqua milik NASA mendeteksi 260 titik api (hotspot) di Indonesia. Di mana 80 titik api berada di Kalimantan Barat dan 66 titik api di Kalimantan Tengah. Jumlah titik api ini jauh lebih sedikit dibandingkan pola hotspot normal.

Cara Irjen Dedi Agar Anak Buahnya Cepat Cegah Karhutla di Kalteng

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan meskipun bulan September ini terjadi musim kemarau basah akibat adanya anomali cuaca dan La Nina lemah, tidak serta merta kebakaran hutan dan lahan dapat ditiadakan di Sumatera dan Kalimantan.

Pembakaran dengan sengaja untuk pembukaan kebun dan pertanian masih banyak dilakukan, baik lahan di konsesi maupun lahan milik masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan masih berlangsung.

Polri Sebut Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan Turun

"Memang tidak mungkin menihilkan hotspot di seluruh wilayah Indonesia selama setahun karena terkait dengan perilaku dan kebiasaan membakar, baik di lahan gambut maupun mineral," kata Sutopo dalam keterangan persnya, Kamis, 15 September 2016.

Sutopo membeberkan strategi yang akan digunakan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan, di antaranya melalui operasi darat dan operasi udara. Operasi pemadaman di darat dikerahkan 22.107 personel gabungan dari TNI, Polri, BNPB, BPBD, Manggala Agni, Damkar dan Masyarakat Peduli Api.

Cara Kapolri Jenderal Sigit Minimalisir Kebakaran Hutan dan Lahan

Sebaran personel satgas darat ini adalah Riau (3.849 personel), Jambi 5.209 personel, Sumatera Selatan 5.619 personel, Kalimantan Barat 2.492 personel, Kalimantan Tengah 2.363 personel dan Kalimantan Selatan 2.575 personel.

Untuk operasi udara, BNPB mengerahkan 24 helikopter dan pesawat untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan dari udara. Heli dan pesawat tersebut untuk water bombing dan hujan buatan.

Sebaran 24 armada udara tersebut adalah Riau 10 heli dan pesawat yaitu 7 heli, 2 pesawat water bombing dan 1 pesawat Casa untuk hujan buatan. Di Jambi hanya dioperasikan 1 heli water bombing karena pencegahan dapat dilakukan dengan baik.

Di Sumatera Selatan, tiga heli water bombing jenis MI-8 buatan Rusia dikerahkan. Heli ini mampu membawa 4.000 liter sekali terbang. Di Kalimantan Barat dikerahkan 4 heli dan 1 pesawat hujan buatan. Di Kalimantan Tengah ada 4 heli dan di Kalimantan Selatan 1 heli Bolco.

"BNPB menyiapkan tambahan 3 heli jika ada peningkatan luas kebakaran hutan dan lahan yaitu 2 heli jenis Sikorsky dan MI-172 untuk Jambi dan 1 heli MI-172 untuk Kalimantan Barat," ujarnya.

Secara umum, terang Sutopo, jumlah hotspot hingga September 2016 ada penurunan 60 persen dibandingkan jumlah hotspot tahun 2015.

Kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 adalah bencana asap yang paling besar karena membakar 2,61 juta hektare hutan dan lahan serta menyebabkan kerugian ekonomi Rp221 triliun. Luas hutan dan lahan yang terbakar serta dampak kerugian ekonomi yang terjadi pada tahun 2016 ini belum dilakukan perhitungan. Yang pasti luas dan kerugian ekonomi jauh lebih kecil dibandingkan tahun 2015 lalu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya