Penyuap Jaksa Kejati Jabar Divonis 2 Tahun Penjara

Istri terdakwa kasus suap BPJS yang juga mantan Kadis Kesehatan Subang Jajang Abdul Kholik, Lenih Marliani menjalani pemeriksaan di KPK
Sumber :
  • ANTARA

VIVA.co.id – Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bandung, Jawa Barat, menjatuhkan hukuman masing-masing dua tahun penjara dan denda Rp50 juta subsidair dua bulan kurungan kepada Jajang Abdul Khalik dan Lenih Marliani.

KPK Benarkan Wali Kota Tasikmalaya Jadi Tersangka

Pasangan suami istri itu dinyatakan terbukti menyuap jaksa pada Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, Fahri Nurmallo dan Deviyanti Rochaeni, terkait penanganan perkara kasus korupsi dana kapitasi BPJS Subang tahun anggaran 2014.

"Memutuskan, masing-masing kedua terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan sebagaimana diatur dalam dakwaan kesatu. Menjatuhkan hukuman 2 tahun penjara denda Rp50 juta subsider dua bulan kurungan," kata Ketua Majelis Hakim Tipikor Bandung, Longser Sormin di persidangan, Selasa 13 September 2016.

Eks Bupati Subang Imas Divonis 6,5 Tahun Penjara

Putusan majelis hakim tersebut lebih rendah dari tuntutan Jaksa KPK, yang menuntut Jajang dan Lenih dengan hukuman tiga tahun penjara dengan denda Rp50 juta subsidair dua bulan penjara.

Keduanya dinyatakan terbukti sebagaimana dakwaan kesatu, yakni melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a Undang Undang RI nomor 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP jo pasal 64 ayat 1 KUHP.

Tersangka Penyuap Bupati Subang Klaim Tak Dapat Bagian

Dalam pertimbangannya, hakim juga memerintahkan penyidik KPK dan Kejaksaan Agung untuk memeriksa orang- orang yang diduga menikmati aliran dana Kapitasi BPJS Kabupaten Subang tahun anggaran 2014.

"Mengintruksikan untuk mengambil langkah hukum kepada KPK dan Kejagung untuk memeriksa Irmanto, Nurhalim, Hendra alias Boenk dan Bendahara Dinkes Kabupaten Subang Suhendi yang diduga ikut menikmati aliran dana BPJS dan APBD Subang," ujar majelis hakim.

Suhendi dalam kasus tersebut diduga telah mencairkan dana kapitasi mencapai Rp5,6 miliar untuk kepentingan pribadi, keperluan Bupati Subang nonaktif Ojang Sohandi. Sedangkan untuk pengacara Polda Jawa Barat, Nur Halim mendapatkan dana Rp1,4 miliar dan Rp600 juta. Sedangkan Irmanto yang mengaku sebagai anggota BIN sebesar Rp500 juta, dan Hendra alias Boenk.

Kasus penyuapan ini bermula saat jaksa Kejati Jabar Fahri Nurmallo membicarakan besaran uang pengganti dan pengurusan perkara yang disebut dengan 'Komitmen Operasional' senilai Rp460 juta dengan rincian Rp160 juta untuk uang pengganti dan Rp300 juta untuk 'Komitmen Operasional'.

"Untuk memenuhi uang komitmen operasional itu, terdakwa 1 (jajang) menghubungi Ojang Suhandi untuk meminta bantuan dana. Sebagai imbalannya, terdakwa pasang badan untuk tidak melibatkan saksi Ojang," ungkap Jaksa KPK, Dody Sukmono.

Atas permintaan Jajang, Ojang Suhandi memerintahkan ajudan Wawan Irawan untuk memberikan uang sejumlah Rp100 juta melalui terdakwa II Lenih Marliani yang merupakan istri Jajang. Namun, dari besaran itu, masih kurang dan terdakwa II  mencari tambahannya dengan menghubungi Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang Elita Budiarti agar memberikan bantuan sebesar Rp168 juta dengan jaminan surat tanah.

Kemudian saksi Elita menyepakati dan membuat perjanjian. Kemudian uang tersebut diberikan kepada terdakwa II dan langsung saat itu juga berangkat ke kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Barat untuk menyerahkan uang senilai Rp260 juta. "Terdakwa langsung ke ruangan Fahri dan saat itu ada saksi Jaksa Deviyanti. Dan terdakwa II menyerahkan uang itu dalam dua amplop coklat dengan rincian untuk uang pengganti dan uang komitmen operasional. Sedangkan sisanya sebesar Rp200 juta akan diusahakan kemudian," ujarnya menambahkan.

Namun, saat akan membayar sisanya yaitu pada 11 April 2016 terdakwa II diminta untuk datang ke kantor Kejati Jabar karena pada saat itu akan diajukan rencana tuntutan perkara terdakwa I. Pada saat itu, pembayaran pertama diberikan sebesar Rp107 juta, sedangkan sisanya Rp100 juta dijanjikan terdakwa setelah tuntutan dilayangkan.

"Kemudian saat terdakwa II meninggalkan kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Barat menuju mobil dan sebelum menjalankan, terdakwa II ditangkap petugas KPK."

(mus) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya