Depresi, Panitera Rohadi Wajib Bertemu Psikiater Tiap Hari

Panitera Pengadian Negeri Jakarta Utara, Rohadi.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA.co.id – Seseorang lazim mengalami perasaan depresi ketika terkena masalah. Apalagi masalah itu adalah perkara hukum pidana korupsi. Seperti yang dialami Rohadi, Panitera Pengganti Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

KPK Banding Putusan Rohadi

Rohadi saat ini tengah menjalani proses peradilan karena diduga menerima suap dan gratifikasi terkait pengamanan perkara pendangdut Saiful Jamil. Saking tertekan, Rohadi sempat mengutarakan keinginnan untuk membunuh diri. 

"Sekitar hari Kamis, 1 September 2016, yang bersangkutan dilihat oleh pengawas penjaga rutan dalam kondisi murung, kemudian ditanyakan, diucapkan kalimat itu. Bahwa dia bisa saja mencoba bunuh diri," kata Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK, Priharsa Nugraha di kantornya, Jl. HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu, 7 September 2016. 

Kasus Suap-TPPU, Eks Panitera PN Jakut Rohadi Divonis 3,5 Tahun Bui

Beruntung niat itu hanya sebatas ucapan. Meski begitu, petugas Rumah Tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi, tempat Rohadi ditahan, langsung menghubungi dokter KPK. Rohadi kemudian dirujuk untuk menjalani perawatan rutin ke psikiater di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. 

"Jadi memang sangat manusiawi kondisi psikis tahanan menurun. Hari ini pun yang bersangkutan kembali di bawa ke psikiater," kata Priharsa. 

Eks Panitera Rohadi Positif COVID-19, Sidang Ditunda Sepekan

Untuk mengantisipasi masalah ini, penyidik melarang Rohadi beraktivitas di lantai 9 atau lantai tertinggi di Gedung KPK. "Lantai 9 itu tempat olahraga para tahanan KPK, jadi R (Rohadi) sementara tidak diperkenankan untuk ke sana. Dan untuk antisipasi tahanan lainnya, petugas Rutan juga meningkatkan pengawasannya," kata Priharsa. 

Selain itu, Pimpinan KPK belum memutuskan langkah selanjutnya terhadap Rohadi.

Untuk diketahui, selain di lantai basement Gedung KPK, sel tahanan juga terdapat di lantai 9. Di lantai itu, juga terdapat area luas untuk olahraga para tahanan laki-laki. Awalnya, area ini adalah tempat latihan menembak untuk pimpinan dan penyidik KPK. Namun di era kepemimpinan Abraham Samad, lantai itu diubah fungsinya menjadi rutan dan tempat olahraga para tahanan. Hal ini untuk mengimbangi banyaknya pihak yang ditangkap KPK saat itu. Selain itu, KPK juga menggandeng TNI untuk meminjam pakai Rutan Pomdam Guntur Jaya.
 
Dari penelusuran, Rohadi sendiri mengalami stres karena sejumlah faktor. Namun yang paling utama, dia kahwatir keluarganya ikut terjerat KPK. Apalagi saat ini perkara dugaan suap itu telah berkembang, sehingga dia juga diduga mencuci uang hasil tindak pidana.

"Kalau lagi ke psikater bapak ini (Rohadi) sering nangis. Cerita ke psikiater, khawatir sama keluarganya. Kan dia enggak bisa pantau terus keadaan anak istrinya gimana sekarang," kata petugas KPK yang enggan disebutkan identitasnya saat berbincang dengan VIVA.co.id.

Meski begitu, kata petugas tersebut, pasca menjalani psikiater siang tadi, Rohadi terus membaik keadaanya. Namun masih ada kemungkinan Rohadi kembali dibawa ke psikiater.

"Pemberitaan media juga kan dia takut kena lagi kasus lain. Takut istri anaknya kebawa-bawa kan. Curhatnya masih seputaran itu aja sik. ada kemungkinan dibawa lagi. Tapi tadi sik udah mulai membaik," ujarnya. 

Untuk diketahui, selain terjerat kasus gratifikasi dan suap, Rohadi juga kini juga terjerat kasus dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) di KPK.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya