Mendikbud Minta Jangan Remehkan Perempuan dalam Pembangunan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA.co.id – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, mengingatkan agar jangan remehkan peran penting perempuan dalam proses pembangunan di Indonesia. Bahkan, lanjut Muhadjir, kaum perempuan sejak lama telah menjadi aktor dalam perubahan sejarah.

Dedie Rachim Kabarkan Idul Fitri Tingkat Kota Bogor Digelar Bersamaan 10 April

Demikian Muhadjir saat membuka Muktamar Nasyiatul Aisyiah (NA) XIII di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Yogyakarta. "Saya optimistis Indonesia mampu bersaing dalam menghadapi perubahan dan persaingan zaman karena anggota NA 80 persen adalah insan terdidik," kata Muhadjir di Yogyakarta, Jumat 26 Agustus 2016.

Mendikbud dalam kesempatan itu mengingatkan pepatah Arab yang menyebutkan bahwa ibu adalah madrasah atau sekolah pertama. Imam Syafii, kata dia, juga mengatakan perempuan adalah tiang negara. Ada tiga kata kunci yang menentukan strategis perubahan yaitu ibu, sekolah atau pendidikan dan negara.

6 Perguruan Pencak Silat Indonesia Tersebar di Dunia, Ada Muhammadiyah

"Tiga kunci tersebut dimiliki semua oleh NA," lanjut mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu.

Gerakan NA, kata Muhadjir, jelas bisa memberikan perubahan besar dalam dunia pendidikan karena memiliki kesempatan mengelola pendidikan bagi anak anak. Muhadjir berpesan kepada NA untuk terus berperan dalam pendidikan usia dini dan pendidikan dasar anak.

Menteri Muhadjir: Idul Fitri Tahun Ini Hampir Bisa Dipastikan Jatuh pada 10 April

"Ia jadi penentu pendidikan dalam sebuah keluarga. Pendidikan keluarga menjadi kunci dalam pendidikan bangsa. Pak Presiden berpesan agar pendidikan berkualitas harus terus dijaga. Pendidikan harus mencerahkan dan tidak membebani siswa agar dapat merangsang aktualisasi diri siswa," ujarnya.

Sementara itu Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir, mengatakan, saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), mereka sempat membahas perkembangan Muhammadiyah dan Aisyiah.

"Waktu itu Pak Presiden bilang kepada saya. Saya percaya Muhammadiyah kuat dalam dua hal yaitu pendidikan dan kesehatan," ujar Haedar.

Haedar Nasir juga menyoroti tema perhelatan akbar NA tahun ini yakni "Perempuan Muda Berkemajuan untuk Kemandirian Bangsa". Menurutnya tema ini sangat relevan dalam konteks pembangunan generasi Indonesia.

"Sejarah detailnya NA awalnya lahir dari sekolah yang disebut dengan standar Muhammadiyah di Kauman dari seorang Guru Soemodirjo di luar sekolah yang menilai perlu ada perhatian kepada putra dan putri yang terdidik akhlaknya dan memperdalam ilmunya," katanya.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya