Aden Achmad, Penyandang Disabilitas yang Pimpin Upacara

Aden Achmad saat ditunjuk menjadi pemimpin upacara hari kemerdekaan Indonesia di Lapangan Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung, Rabu (17/8/2016)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Suparman

VIVA.co.id – Kepercayaan diri Inspektur Upacara Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke 71, Aden Achmad, di Lapangan Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung Jawa Barat, tidaklah mudah. Meski mengenakan kursi roda, dia mampu menuntaskan tanggung jawab.

Kisah Mualaf Ibu dari Crazy Rich Surabaya Gegara Melihat Orang Islam Lakukan Ini

Dengan atribut sederhana baju pangsi dan iket di kepala, Aden khidmat menjalankan tugas dan tak sungkan berbagi cerita perjuangan pahitnya dalam mengarungi hidup.

Aden yang terlahir tanpa kaki itu, hanya bermodalkan tekad kuat hingga kini menjadi pribadi yang bermanfaat. pandangan sebelah mata baginya bukan hal aneh bahkan menjadi santapan agar menjadi motivasi kuat.

Keuangan Semakin Inklusif Untuk Penyandang Disabilitas

Aden menuturkan, perjalanan pahit terjadi ketika saat lulus jenjang pendidikan SMA. Dengan niat mencari nafkah dengan melamar kerja di Kota Bandung. Saat itu ia sempat direspons dengan menyakitkan lantaran perusahaan tidak mau memperkerjakan orang disabilitas.

"Saya langsung ditolak melamar kerja oleh sekuriti. Katanya tidak menerima penyandang cacat," ungkap Aden di GIM Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Bandung Jawa Barat, Rabu, 17 Agustus 2016.

Kisah Inspiratif Cristiano Ronaldo dari Masa Kecil yang Sulit Menuju Puncak Kejayaan

Aden mengaku pada saat itu tidak mengerti dengan penolakan itu, padahal ia jelas mempunyai latar belakang pendidikan berbasis komputer yang kompeten pada saat itu. "Saat itu padahal ada lowongan pekerjaan untuk staf," ujarnya.

Namun demikian, apa pun itu Aden tak mau berkutat dan meninggalkan tempat tersebut dan mengubur dalam dalam angannya. "Sejak saat itu, saya bertekad tidak mau melamar pekerjaan lagi," katanya.

Dengan tekad tersebut, Aden merasakan janji tuhan memberikan rezeki halal. Pria berusia 47 tahun itu, menekuni jasa pengetikan skripsi di rumahnya jalan Soekarno Hatta Kota Bandung.

Bahkan, pemasukan tidak hanya dari jasa itu, pekerjaan kerap datang dengan sendirinya hingga mengembangkan tingkat perekonomian. "Saya bertekad harus bangkit setelah ditolak kerja itu. Dari situ, saya tidak mau melamar kerja. Tapi ke sininya justru saya mendapatkan pekerjaan," ujar pria yang mengaku pernah menjadi Kepala Cabang sebuah diler motor di Kota Bandung tersebut.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya