Sendy Si Satpol PP Cantik yang Mahir Berbahasa Inggris

Sendy Si Satpol PP Cantik yang Mahir Berbahasa Inggris
Sumber :
  • VIVA.co.id/Januar Adi Sagita
VIVA.co.id - Sejak beberapa tahun lalu, Pemerintah Kota Surabaya sudah memiliki personel Satuan Polisi Pamong Praja yang berparas cantik. Disebut dengan istilah khusus, yakni Satpoltik alias Satpol PP Cantik. Berbeda dengan Satpol PP biasa, anggota Satpoltik memang terdiri dari para wanita.
Risma: Jerman Sumbang Rp1,5 Triliun untuk Bangun Trem

Wajah cantik, badan tegap, serta dibalut pakaian cokelat, dan sepatu lars khas Satpol PP pada umumnya, seolah menjadi perpaduan unik. Sebab, umumnya mereka yang menjadi personel instansi itu adalah kaum adam, berbadan kekar, serta berwajah sangar.
Aplikasi Antibegal Bikinan Mahasiswa ITS

Namun, menjadi anggota Satpoltik rupanya tidak hanya bermodalkan wajah cantik. Sebab, mereka juga dituntut memiliki kemampuan lain, seperti diplomasi, bahkan berbahasa asing.
Siswa SD Menangis Agar Risma Tak Jadi Calon Gubernur Jakarta

Sendy Si Satpol PP Cantik yang Mahir Berbahasa Inggris

Salah satu personel Satpoltik yang memiliki kemampuan semacam itu adalah Sendy Krisna. Dara kelahiran Surabaya, 12 Desember 1994, itu memang memiliki kemampuan bahasa asing. Sebab, sebelum menjadi personel Satpoltik, Sendy adalah seorang pengajar.

“Saya ini sebelumnya guru TK untuk bahasa Inggris, dan (guru) privat, karena saat itu juga untuk mengisi luang saat kuliah,” kata Sendy kepada VIVA.co.id di Surabaya pada Senin, 8 Agustus 2016.

Sendy mengungkapkan, awalnya dia sempat ragu saat memutuskan untuk beralih profesi menjadi anggota Satpoltik pada tahun lalu. Alasannya, dia tidak memahami betul makna Satpoltik.

“Saya itu tahunya Satpoltik, ya, orangnya cantik-cantik saja. Ternyata juga harus punya modal lain, ya, itu berupa kemampuan lain,” ujar Sendy.

Kemampuan itu harus dimilikinya untuk memudahkannya menjalankan tugas. Ia mencontohkan saat digelar razia, anggota Satpoltik selalu menjadi garda terdepan untuk meredam emosi warga.

Para personel Satpoltik, termasuk Sendy, harus memiliki kemampuan diplomasi dalam menurunkan ketegangan warga. “Istilahnya, kita jadi pelumasnya agar mereka yang akan dirazia itu emosinya menurun, atau terjadi cooling down (tenang), dengan mengedepankan diplomasi, dan pendekatan humanis,” ujarnya.

Meski demikian, dalam menjalankan tugasnya, tidak jarang Sendy juga menerima perlakuan jahil dari masyarakat. “Misalnya, pas menjalankan tugas di lapangan ada yang minta nomor HP (handphone), minta kenalan, dan nyeletuk cantik-cantik, kok, jadi Satpol PP,” kata Sendy.

Menghadapi hal semacam itu, Sendy mengaku tetap tenang. Sebab, apabila dia menanggapinya terlalu serius, hal itu akan membuat urusan semakin panjang, dan mereka yang menggodanya semakin bertingkah.

“Soalnya ada juga teman-teman itu yang menanggapinya serius, akhirnya malah panjang persoalannya,” ujar Sendy.

Saat ditanya apakah akan kembali menjalani kehidupannya menjadi seorang guru? Gadis yang memiliki lesung pipit ini mengaku belum memutuskannya. Sebab, untuk saat ini dia masih menikmati kehidupannya sebagai anggota Satpoltik.

“Menjadi anggota Satpoltik itu benar-benar enak. Saya bisa mengenal karakter banyak orang, dan mempelajarinya, serta bagaimana menghadapinya,” kata Sendy.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya