Hebat, Usia 10 Tahun Sudah Daki 5 Puncak Tertinggi Indonesia

Khansa Syahlaa, pendaki belia
Sumber :
  • Aulia Ibnu Sina

VIVA.co.id – Liburan panjang menjadi waktu paling tepat untuk rekreasi dan melakukan perjalanan wisata demi menghilangkan kejenuhan terhadap rutinitas. Hal itu juga dilakukan Khansa Syahlaa, siswi kelas 5 SD Dar-El Salam, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. Khansa menghabiskan waktu liburan menjelajahi puncak tertinggi Indonesia.

Saya Sudah 'Menaklukkan' 7 Gunung Tertinggi di Indonesia

Dalam waktu 10 hari, dia berhasil menyelesaikan ekspedisi pendakian Gunung Binaiya di Pulau Seram, Maluku, dan Gunung Rinjani di Lombok. Pendakian ini semakin mendekatkan pada cita-citanya mendaki tujuh puncak tertinggi Indonesia. Kini, sudah 5 puncak berhasil dijelajahi Khansa, yaitu Gunung Semeru di Jawa Timur, Rantemario puncak Gunung Latimojong, Sulawesi Selatan, serta Indrapura puncak Gunung Kerinci di Sumatera.

"Dia merasa senang, walaupun capai karena ini menguras tenaga," ujar Aulia Ibnu Sina, ayah Khansa yang setia mendampingi selama ekspedisi, saat dihubungi VIVA.co.id, Rabu, 20 Juli 2016.

Khansa, Bocah Cilik Pertama Penakluk 7 Puncak Tertinggi

Dalam sambungan telepon itu, Aulia mengaku baru saja selesai melakukan pendakian dari puncak Rinjani bersama Khansa, dan saat ini anaknya sedang beristirahat mengembalikan kebugaran. Sebab, mereka harus segera pulang ke Jakarta karena Khansa harus sekolah. "Besok (hari ini) pulang, sekolah langsung. Enggak istirahat dulu, harus sekolah," tegas ayahnya.

Mendaki gunung di usia 10 tahun tentu menjadi pencapaian luar biasa. Banyak tantangan harus dihadapi Khansa demi menggapai puncak. Jalur terjal, hawa dingin, serta cuaca yang kurang bersahabat kerap dihadapinya. Tak jarang juga dia kelelahan hingga tergelincir saat menapak di jalur berbatu.

Khansa Syahlaa, Pendaki Berusia 10 Tahun Kembali Beraksi

Seperti yang terjadi saat mendaki Rinjani. Di puncak, Khansa sempat menangis. Air mata itu ke luar bukan lantaran rasa haru atas keberhasilannya. "Sempat nangis juga di puncak, kecapaian karena dari Maluku selang sehari langsung naik Rinjani," cerita Aulia.

Selain keletihan, kakinya bermasalah. “Enam hari di Binaiya pernah luka lecet dan kena kutu air. Tapi dia terus mencoba, dia tetap sabar dan Alhamdulilah sampai Puncak Rinjani jam 6 sore (waktu setempat)," ungkapnya.

Pendakian ke Biniaya, menurut Aulia, memang menjadi yang terberat sejauh ini. Pada ekspedisi itu, tak hanya Khansa yang mengalami luka di bagian kaki. Dua fotografer yang ikut serta pun kakinya bengkak karena kelelahan dalam pendakian ini. Alhasil, mereka gagal ikut serta dengan rombongan untuk melanjutkan ekspedisi ke Rinjani. "Jadinya tak ada yang foto di puncak," jelas Aulia.

Khansa Syahlaa, Siswi kelas 5 SD berencana daki 7 puncak tertinggi Indonesia

Pengaruh Orangtua

Keberhasilan Khansa ini tak terlepas dari peran Aulia. Pria yang memiliki hobi mendaki gunung ini selalu sabar menyemangati putri sulungnya di saat getir, agar cita-cita Khansa berada dalam dekapan.

Kecintaan Khansa pada alam bebas pun lahir dari kesukaan Aulia. Sejak bayi, ayahnya itu kerap mengajak mendaki sejumlah gunung di Jawa Barat dan Jawa Timur. Selama itu, Khansa tak pernah protes dan selalu terlihat riang.

"Sejak bayi saya sudah coba kenalkan Khansa pada alam. Saya dan istri sering bawa Khansa ke Salak, Pangrango, Gede sama Semeru.  Dia enggak pernah rewel apalagi sampai nangis dan minta pulang," ujarnya.

Namun, ide dan motivasi untuk mendaki tujuh puncak tertinggi ini murni keinginan Khansa. Aulia hanya terlibat untuk mewujudkan rencana ekspedisi yang diinginkan anaknya itu. Bahkan pada awalnya, Khansa tak menjelaskan secara gamblang rencana pendakian tujuh puncak tertinggi di Indonesia. "Dia yang mengatur ke mana-mana, orangtua enggak ada mendorongnya melakukan ini, kita hanya meminta supaya berlatih fisik, makan, dan berdoa saja, ini maunya sendiri."

"Dia tujuannya 7 summit, memang awalnya kita tidak tahu. Saya bilang kalau kamu niat kamu harus siap, mental, fisik dan latihan. Saya kaget juga, karena dia itu sebenarnya anak rumahan," ucap Aulia sembari tertawa.

Sebagai orang yang berpengalaman mendaki gunung, Aulia sudah mengetahui tantangan yang akan dihadapi anaknya, termasuk potensi bahaya yang mesti diantisipasi. Berdasarkan pertimbangan itu, Aulia tak pernah sekali pun mendorong Khansa untuk segera melaksanakan niatnya itu.

"Ini uniknya, saya enggak mau dorong-dorong anak saya karena berisiko di gunung, karena bahaya di gunung kalau didorong-dorong tapi mentalnya belum siap, motivasinya tidak ada. Bisa jadi bumerang buat kita kalau kita dorong-dorong tapi tidak ada motivasi dari mereka," lanjut Aulia.

Usai pendakian ini, tinggal Bukit Raya di Kalimantan dan Puncak Cartensz di Papua yang tersisa. Namun rencana ini diperkirakan membutuhkan persiapan dan waktu lama.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya