14 Rumah Sakit Pelanggan Vaksin Palsu Kena Sanksi Peringatan

Ilustrasi vaksin
Sumber :
  • Syaefullah/ VIVA.co.id

VIVA.co.id – Sebanyak 14 tempat pelayanan kesehatan, mulai dari klinik hingga rumah sakit besar jadi pelanggan vaksin palsu. Tak berbeda dengan pengedarnya, tempat pelayanan kesehatan ini juga merasakan keuntungan besar karena membeli vaksin murah.

Hoaks, WHO Temukan Vaksin COVID-19 Palsu di Indonesia

Dari hasil pemeriksaan, kandungan vaksin palsu yang diedarkan masih tergolong jenis vaksin bukan berasal dari bahan berbahaya.

Sebanyak 14 jenis vaksin palsu yang diedarkan pelaku sebenarnya hanya berisi vaksin hepatitis B yang harganya terbilang murah. Seperti vaksin Campak, MMR, Tifoid, sebenarnya hanya berisi vaksin hepatitis B yang harganya jauh lebih murah.

WHO Temukan Vaksin Palsu COVID-19 di India dan Afrika

Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Maura Linda Sitanggang, menegaskan 14 tempat pelayanan kesehatan yang ikut mengedarkan vaksin palsu telah diberi sanksi.

"Pertama sanksi peringatan karena sumber tidak resmi. Masalah vaksinasi selanjutnya harus dilaporkan, baik mengenai sumbernya, pengolahan limbahnya dan harus dijamin pengerjaannya (pemberian vaksin) secara konsisten," kata Maura.

Lebih 2.500 Warga India Jadi Korban Vaksin COVID-19 Palsu

Masyarakat juga diminta untuk waspada, serta memeriksakan segera perihal vaksin tersebut sesuai dengan anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). "Masyarakat juga bisa lapor," katanya.

Sementara itu, Sekretaris Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr. Piprim Basarah Yanuarso, mengatakan pemberian vaksin palsu tidak berbahaya bagi bayi, balita dan batita. Karena kandungannya masih tergolong jenis vaksin.

"Jadi ada satu vaksin yang kandungannya NaCl saja dan ada juga satu vaksin hepatitis B, padahal bukan vaksin hepatitis B (isinya). Ada lagi vaksin lain yang kandungannya beda dengan label. Kalau kita lihat kontennya tadi, sama-sama vaksin, tapi isinya beda, jadi seperti vaksin hepatitis B kan murah, mereka pakai itu," Piprim.

Meskipun kemungkinannya anak menerima vaksin hepatitis B atau jenis vaksin lainnya secara berulang kali, namun Basarah mengatakan hal tersebut tidak berdampak besar terhadap keselamatan dan kesehatan anak. Hanya saja mereka tidak mendapatkan kelengkapan imunisasi.

"Insya Allah vaksin yang disuntik hepatitis B enggak apa-apa, tapi ya itu cuma untuk hepatitis B. Kalau secara ilmiah, enggak apa-apa divaksin berkali-kali. Anak-anak itu tapi tidak terlindung, karena tidak mendapat vaksinasi yang seharusnya, tidak tepat waktu," katanya.

Berdasarkan Jadwal Imunisasi Anak yang direkomendasikan IDAI, 14 jenis vaksin untuk anak umur 0-18 tahun terdiri dari, Hepatitis B, Polio, BCG, DTP, Hib, PCV, Rotavirus, Influenza, Campak, MMR, Tifoid, Hepatitis A, Varisela dan HPV. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya