Begini Cara Kafe Jamban Layani Pengunjung

Kafe Jamban milik Budi Laksono.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dwi Royanto.

VIVA co.id - Keberadaan kafe jamban di Semarang, Jawa Tengah, kini banyak memunculkan kontroversi masyarakat, khususnya di media sosial. Namun ternyata Kafe Jamban itu tak hanya sebagai tempat kongko yang mengedepankan aspek komersial dan sensasi belaka.

Pemilik Kafe Jamban Usul Fatwa Haram Buang Air Sembarangan

VIVAco.id sengaja mengunjungi lokasi kafe Jamban milik Budi Laksono (54 tahun) yang beralamat di Jalan Untung Suropati Nomor 445, Ngaliyan, Semarang. Tepat di lantai dua kompleks ruko tersebut memang tertulis papan nama 'Cafe Jamban' seperti kafe-kafe pada umumnya. Bedanya, setting kafe memang didesain seperti halnya di sebuah WC.

Ada delapan closet duduk yang didesain sebagai tempat duduk pengunjung. Sementara di tengahnya dua closet jongkok dijadikan sebagai meja sekaligus tempat menaruh hidangan makanan dan minuman.

Awal Mula Muncul Kafe Jamban di Semarang

Budi Laksono mengaku kafe miliknya bukan sembarang kafe. Karena perangkat jamban itu hanya menjadi sebuah media bagi pengunjung sembari mendapatkan materi tentang pentingnya sanitasi yang disampaikannya. Terlebih dahulu pengunjung harus reservasi di nomor yang tertulis di papan nama kafe tersebut.

"Untuk materi dan waktu berkunjung pun kita tentukan. Kita sampaikan materi selama 45 menit. Biasanya pukul 18.30 dan 19 30 WIB," kata Budi, Kamis, 30 Juni 2016.

Cerita di Balik Heboh Kafe Jamban Semarang

Setelah melakukan reservasi, pengunjung yang tiba di kafe akan dipastikan dahulu kebersihannya. Kedua tangan akan disemprot cairan alkohol untuk memastikan dalam keadaan steril.

"Itu standar operasional prosedur (SOP) kita jika masuk di Kafe Jamban. Karena kafe ini juga sangat steril dan dijaga kebersihannya," ujar Budi.

Setelah melalui tahapan itu, pengunjung lalu dipersilakan untuk duduk di kursi closet duduk yang disediakan. Ternyata kursi closet itu cukup nyaman dibuat duduk dengan tambahan busa di bagian belakang. Seperti diskusi biasa, mereka kemudian mendapatkan materi yang dipandu langsung oleh Budi.

"Kita juga siapkan presentasi melalui layar LCD. Materinya tentang pentingnya sanitasi dan kampanye jamban di Indonesia," ujar Budi.

Sembari mendengarkan presentasi itu, pengunjung pun secara langsung disuguhi aneka makanan dan minuman yang tersedia di atas closet jongkok yang disediakan. Bentuk jambannya pun ternyata memiliki nilai edukasi karena merupakan jamban amfibi buatan Budi.

"Saya sebut ini jamban amfibi. Dulu jadi materi tesis saya. Gunanya kalau tempatnya (closet-nya) kering karena minim air, maka bisa dimiringkan dan langsung ke lubang," terangnya.

Sesi inilah yang disebut Budi sebagai sesi 'atraksi' di mana pengunjung mendapatkan materi langsung soal sanitasi dengan suguhan makanan di atas closet.

"Biasanya menunya bakso dan minuman. Saya sebut itu atraksinya biar mereka lebih dekat dengan visi membangun jamban yang kita perjuangkan," kata bapak empat anak itu.

Uniknya, Budi menyiapkan kantong muntah bagi pengunjung yang tidak kuat melihat makanan di jamban. Tapi dari sekitar 200 tamu yang sudah datang, ternyata tidak ada yang menggunakan.

"Ini ada kantong dan toilet jaga-jaga kalau ada yang muntah. Ternyata tidak pernah dipakai. Paling mentok memalingkan muka," ujar Budi.

Satu lagi yang unik dari kafe ini adalah tersedianya ruangan khusus berisi ratusan materi penelitian dan tesis soal sanitasi di Indonesia yang bisa dijadikan literatur pengunjung. Terdapat pula berbagai alat peraga tentang jenis jamban sehat hasil kreativitas Budi selama ini.

"Itu menjadi bagian kampanye kita tentang jamban. Kita juga aktif membuat artikel di koran, wisata jamban, group band bernama Jump-Band dan yang terakhir Kafe Jamban ini," ujar dia.

Komentar positif maupun miring tentang kafe jamban milik Budi bermula saat foto-foto kafe jamban tersebar luas di media sosial Facebook beberapa hari terakhir. Dalam foto tersebut memang tampak beberapa orang sedang asyik menikmati suguhan makanan dan minuman yang dihidangkan dalam dua closet duduk dengan latar belakang Kafe Jamban di sisi belakang.

Sejumlah netizen bahkan sampai ada yang membuat petisi agar tayangan soal Kafe Jamban tidak ditayangkan di televisi dengan alasan tidak sesuai tuntutan agama.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya